Lihat ke Halaman Asli

Waktu Berharga

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu Berharga

“Vando,, ayo bangun nak, kita pergi memancing.” Panggil Ayah.

Vando, anak berumur 11 tahun. Bernama Lengkap Novando Sasongko, dia anak tunggal. Dia tidak sekolah karena ayah ibunya tidak memiliki uang. Sejak kecil Vando selalu ikut ayahnya berlayar untuk mencari ikan di laut. Itu dilakukan untuk membantu ayah nya yang makin tua. Ayahnya berumur 49 tahun, sementara ibunya berumur 45 tahun.

“Baik yah.” Jawab Vando. Dia segera bergegas mandi dan ganti baju sementara ayahnya mempersiapkann perahu dan alat yang dibawa. Setelah selesai mandi dan berganti baju, Novando segera berpamitan kepada ibunda nya tercinta. Dan tak lupa ia membawa bekal makan yang telah disediakan ibunya.

Saat perjalanan, novando berpikir “menurutku saat bersama keluarga ku adalah waktu yang paling berharga. Tertawa lepas bersama Ayah dan ibunya. Tak terpikir satupun masalah saat itu.” Tak lama kemudian lamunan Vando buyar. Ternyata ia sudah sampai di tempat biasanya ayah berlayar. Iya pun membantu melempar jala besar yang lebarnya lebih dari 2m.

Setelah selesai memancing, Vando dan Ayahnya langsung kembali ke pantai dengan keadaan membawa tangkapan ikan yang lumayan banyak. Setelah sampai pantai, ayah  membungkus/membawa ikan ikan tersebut ke pasar ikan untuk dijual. “Pak ini ikan nya total 6KG, jadi bapak dapat uang 90 ribu ya pak.” Setelah ditimbang, tengkulak tersebut mengatakan bahwa hasil tangkapan ikan ayah hari ini mencapai 6kg. Sementara biasanya hanya 3-4kg. Akhirnya ayah mendapat uang 90 ribu. Menurut ayah, itu sudah lebih dari cukup untuk makan sehari. “Alhamdulillah nak, kita dapat uang banyak hari ini.”

Ayah senang dengan hasil tangkapan ikan hari ini. Ia pun menghadiahi Novando Mobil-mobilan kecil. Vando sangat senang dengan hadiah dari ayahnya itu. Lalu mereka langsung pergi ke rumah karena hari sudah mulai malam.

Esok harinya, Novando tebangun karena mendengar suara decitan lemari di kamarnya. Ternyata itu Ibunya sedang mengambil baju baju Vandol. “Ibu apa yang sedang engkau lakukan? Kita mau kemana? Mengapa engkau mengemasi baju baju ku?” Tanya  Novand dengan Heran. “Kita pergi liburan ke rumah paman diDesa.” “Yeaaaaaa,,,,,, benean bu? Asikk akhirnya aku bisa bermain bersama Irfan disana. Yeaaaa...” makannya ayo kemasi barang barangmu dan kita berangkat naik bis.

Saat Diperjalanan Novando sedang membayangkan betapa serunya nanti saat ia bermain bersama Irfan di desa nanti. “Aku kangen sekali dengan Irfan... Hari ini aku pasti akan bermain seharian dengan dia.” Lagi lagi lamunannya terbuyar karena tangannya ditarik ayah dan ibunya agar turun dari bis. Memang jarak antara rumah nya dan desa paman cukup dekat.

Sesampai di Rumah pamannya ia langsung berpelukan dengan Irfan. Dia sangat senang dapat bertemu sepupu terbaiknya lagi.

Setelah masuk ke dalam rumah, bibi berkata “Vando,Irfan ayo sini makan dulu. Nanti baru main.” Akhirnya Vando dan Irfan langsung menuju meja makan dan makan dengan cepat sampai sampai Irfan Tersedak. “Makannya kalo makan pelan pelan Fan.” Nasehat Paman. Setelah Kenyang Vando dan Irfan segera Berlari ke luar rumah. “Hati-hati, jangan jauh jauh mainnya. Jam 7 malam harus sudah ada di rumah ya!” teriak Ibu dari dalam rumah.

Vando Dan Irfan langsung berlari ke lapangan di dekat Mushala “Al-Amin” Mereka bermain Petak Umpat dengan teman teman Irfan. Vando jadi dan harus mencari Irfan,Ofin, dan Rama. Awalnya Vando menemukan Ofin yang bersembunyi di dekat kurungan ayam di rumah sebelah. Sementara Rama yang selanjutnya ditemukan oleh Vando, Rama bersembunyi di atas pohon. Rama memang dikenal Pandai memanjat Pohon. Kadang ia disebut dengan “TuNyet atau Tupai Monyet” Hahahah,,,, dan andai kamu tau, yang membuat sebutan itu adalah Irfan. Mereka bertiga masih mencari Irfan. Ternyata Irfan Sembunyi di dalam masjid. Vando Protes, “loh kan kalo di masjid gak boleh masuk. Kaki kita kan kotor, jadi aku gak kepikiran masuk situ! Curang ah Irfan.” “Yang Pentingkan Sembunyi.” Terang Irfan sambil menjulurkan Lidah.

Rama dan Ofin melerai mereka, Ofin menasehati mereka layaknya seorang Ustad. “Sudahlah,,, Vando, kamu salah, kamu tadi tidak bilang saat awal pemainan ini. Irfan juga salah, kaki kamu kan kotor, kalau kamu masuk masjid kan Najis.” Ofin adalah anak paling Alim diantara mereka Ber-empat.  “Iya Pak Ustad Ofin....” Celoteh Rama,Irfan, dan Vando bersamaan.

Setelah Bosan Bermain Petak Umpet Mereka Tidur-tiduran di tanah. Lalu Irfan berkata “Kita Buat Permohonan yuk sambil menatap Matahari itu.” “boleh” jawab Rama. Mereka Membuat permohonan sangaat lama. Mungkin sekitar 15 menitan. Rama memohon agar diberi rezeki yang lebih, sementara ofin agar dikuatkan imannya, lalu Irfan memohon untuk selalu diberi Jalan yang Terbaik, dan yang terakhir Vando Memohon agar dapat selalu bersama orang tuanya hingga akhir hayat nya.

Tak terasa sudah 4 hari Vando dan keluarganya berada di Rumah Paman. Akhirnya mereka Pamit untuk pulang ke rumah mereka. “Mas makasih ya buat semuanya, Mbak juga ya... Irfan jangan lupa makan, trus makannya juga pelan pelan oke ;)” pamit ayah dan ibu. Setelah berpamitan, Vando Memeluk Irfan dengan erat, “Hati hati ya, jangan lupakan aku. Ohya salam buat rama dan ofin ya.... Daa”

Saat di dalam bis, lagi lagi Vando Melamun. “Setelah Liburan di rumah paman, Aku senang sekali. Berkumpul bersama Keluarga, Tertawa, Bergurau. Hari itu adalah Waktu Berharga bagiku ” lalu ia tersadar bahwa sudah sampai. Ia pun turun bersama ayah dan ibunya. Sesampai di rumah Vando Langsung ke kamar dan tertidur pulas. Samar samar Vando mendengar ayahnya berbisik “jaga Ibumu ya nak, jadilah laki laki yang kuat dan tak mudah putus asa.”

Esoknya Ayah pergi berlayar sendirian dan tidak mengajak Vando. Akhirnya Vando membantu Ibunya bersih bersih rumah dan membuat makan siang.

Perasaan Vando menjadi resah saat jam menunjukkan pukul 20.00 biasanya ayah sudah pulang jam segini. Vando dan ibunya menunggu hingga jam 23.00 dan tak terasa Vando tertidur.

Saat Vando terbangun, Ibunya berada di ruang makan dengan memakai baju hitam hitam. “siapa yang meninggal? Mengapa ibu memakai baju seperti itu? Bukan kah itu baju untuk ngelayat seseorang?” Lalu saat Vando duduk di depan ibunya, dia melihat ibunda tercintanya sedang menangis. Vando Terkejut dan langsung bertanya pada ibunda tercintanya itu. “Ada apa ibu? Mengapa ibu menangis? Apa yang membuat ibu bersedih hati hingga menangis seperti itu? Mengapa bunda? Mengapa?” tanya Vando dengan Panik. “Aaayahmu nak, Aayahmu.. hiks hiks..” jawab ibu Vando tersedu sedu. “mengapa ayah? Mengapa ayah? Dimana ayah? Ayah? Ayah dimana? Ayah????” balas Vando sambil mencari Ayahnya di dalam rumah. “Ayahmu Meninggal nak,, kata teman ayahmu, dia menemukan baju ayahmu yang berlumuran darah di tengah tengah laut. Cerita Selengkapnya ibu tak mampu cerita nak” Novando diam tak bergerak. Dia hanya diam menatap jendela luar rumah. Ia tak tahu harus berbuat apa.... ia hanya diam di depan jendela hingga malam hari tiba. “nak, apa kau tak makan? Lalu tidurlah, kau pasti lelah.” Vando Hanya Diam, tak menganggap ibunya sedang bicara di sebelahnya. “Vando! Sudahlah! Ayahmu tak akan kembali, ibu juga sangat terpukul mendengar kabar itu. Tapi kau tak bisa diam seperti itu, jika ayahmu tau, dia pasti akan sangat kecewa padamu!!” bentak Ibu Vando. “Tahukan ibu?!! Kalimat terakhir ayah yang aku dengar?! Ayah berkata ‘jaga Ibumu ya nak, jadilah laki laki yang kuat dan tak mudah putus asa.’ Tahukan betapa bodohnya aku sekarang??!! Aku menyesal tidak ikut ayah berlayar hari ini. Huhuhuhu hiks hiks.. “ jawab Vando dengan Emosi. Tak sadar, Vando Menangis sambil terus menatap mata ibunya.

“Baiklah nak, ibu paham perasaan mu. Sekarang Tidurlah. Besok kita bicarakan lagi, sekarang sudah larut malam.” Nasehat ibu. “Baik Bu.” Jawab Vando sambil tersedu sedu.

Esok harinya, pagi pagi Vando  sudah bangun dan menyiapkan makan pagi untuk ibu dan dia. Ibu sangat terkejut dan juga Teharu “Mari bu, kita makan bersama, ini sudah aku siapkan makanan kesukaan ibu, Sambel Teong Ikan Asin.” Jawab Vando sambil Tersenyum. Muka Vando Hari ini sangat buruk. Mata bengkak akibat nangis semalaman, senyum yang ia berikan terlihat sekali bahwa ia berusaha untuk tegar dan kuat menghadapi semua ini.

Seharian Vando menyuruh ibu duduk di depan rumah dan tak boleh ke mana mana. Hari ini Vando yang akan membereskan rumah, dan juga membuatkan makanan untuk ibu. Ibu hanya Tersenyum haru melihat semua yang dilakukan Vando. Sore hari, Vando membuatkan teh untuk ibu, saat Vando mau pergi, Ibu mencegahnya dan menyuruh Vando duduk bersamanya menikmati matahari renggelam bersama.

“nak, apa maksudmu? Apa tujuan mu melakukan ini semua?” Tanya Ibu. “bu, Ayah sudah meninggal kemarin lusa. Dan sekarang aku menjadi tulang Punggung Keluarga. Aku harus Kuat, Aku harus pantang menyerah, aku gak boleh terlalu berlarut larut dalam kesedihan ini, aku harus bangkit dari keterpurukan ini! Meskipun umurku baru 11 tahun, aku adalah kepala keluarga disini. Aku Pasti Bisa!” Jawab Vando dengan Mantab. “Baiklah nak, Ibu Bangga padamu. ” jawab ibu sembari tersenyum dan masuk ke dalam rumah.

Vando Duduk termenung di pinggiran pantai sambil berkata dalam hati, “yah, aku akan menjadi sepertimu, pantang menyerah, baik, bijak, dan kuat! Aku pasti menjaga Ibu. Dan aku baru tau sekarang, Waktu berharga adalah disaat dimana kamu berkumpul bersama keluargamu secara lengkap. ” Vando tersenyum sambil menatap Ujung Pantai yang tak terlihat. Lalu samar sama iya melihat wajah ayahnya yang tersenyum. Iya pun membalas senyuman itu dan Pergi masuk ke dalam Rumah.

--------------------------------------------------------- FINISH -------------------------------------------------------------




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline