Lihat ke Halaman Asli

SPA FEB UI

Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Menjadi Auditor di Era Perkembangan Teknologi

Diperbarui: 19 Mei 2021   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak orang berkata, menjadi auditor berarti harus siap dengan beban kerja yang berat. Pulang pukul 3 subuh dan kembali lagi di kantor pada pukul 8 pagi--- seperti itulah gambaran banyak orang mengenai profesi auditor. Tapi dengan perkembangan teknologi, masih perlukah hal tersebut dilakukan?

Bisnis, budaya, dan teknologi yang selalu berkembang membuat auditor selalu dihadapkan pada situasi dan tantangan yang berbeda. Di era globalisasi ini, auditor dituntut untuk bekerja sama dengan klien besar yang memiliki jutaan transaksi per bulannya. Dengan keterbatasan manusia, auditor tidak mungkin menganalisis data sebanyak itu sehingga digunakanlah metode sampling dan juga pengenaan batas materialitas. Akan tetapi, metode tersebut apabila dilakukan secara manual terbukti masih memiliki banyak keterbatasan.

Salah satu skandal accounting fraud terbesar, HealthSouth [1], tidak terdeteksi untuk waktu yang cukup lama karena pihak manajemen berhasil 'menipu' auditor dengan cara memalsukan penambahan aset tetap di bawah batas materialitas auditor. Metode sampling juga seringkali terkontaminasi dengan bias dari auditor. Beruntung, dengan adanya perkembangan teknologi, analisis data yang kompleks dapat dilakukan dengan lebih komprehensif sehingga proses audit yang dilakukan akan lebih tepat sasaran.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada sekarang ini berkontribusi sangat banyak bagi pelaksanaan audit. Deloitte menggunakan sebuah tool bernama Argus [2] dalam proses audit-engagement-nya. Data-data transaksi klien dikirimkan ke tim analytics di Singapura untuk diolah ke dalam berbagai grafik interaktif sehingga menjadi lebih mudah diinterpretasi. 

Dengan adanya grafik, maka anomali, tren, maupun outlier menjadi lebih mudah diidentifikasi dan auditor dapat memilah pos mana saja yang memerlukan perhatian khusus, entah itu pos penjualan, aset tetap, dll. Bagian-bagian tersebut nantinya akan diolah dengan excel analytics untuk menentukan sampel yang dibutuhkan. Berbagai macam tools tersebut diyakini oleh ibu Yulia Teh, kepala tim inovasi Deloitte Southeast Asia practice office Indonesia, dapat meningkatkan efisiensi pekerjaan auditor hingga 30% serta mengurangi tingkat human error.

Dengan pemahaman bahwa teknologi selalu dinamis, Deloitte terus mengedepankan inovasi. Dapat diandaikan sebagai sebuah online marketplace untuk audit tools, Cognia menjadi bukti keseriusan Deloitte untuk menjadi pelopor inovasi. Cognia (cognia.deloitteresources.com) dapat diakses oleh para auditor Deloitte di seluruh dunia untuk memberikan inovasi, berdiskusi, maupun memilih tools yang dapat berguna untuk audit-engagement mereka di hampir semua industri klien. Setiap auditor dapat mengembangkan ide inovasi mereka, meski pun bukan merupakan tim inovasi atau analytics.

Penggunaan teknologi dalam proses pengauditan mungkin tidak menjamin auditor dapat bekerja mengikuti working hour 9-to-5 normal setiap harinya. Akan tetapi, hal yang pasti terjadi adalah pekerjaan auditor menjadi lebih bermakna dan memberikan nilai tambah. Alih-alih lembur untuk melakukan proses vouching tiada akhir, auditor akan lebih fokus untuk melakukan analisis data [3]. Proses audit akan lebih tepat guna dan auditor dapat memberikan nilai serta keyakinan lebih terhadap pelaporan keuangan klien.

Lalu, apakah dengan penerapan inovasi-inovasi tersebut pekerjaan auditor terancam tergantikan oleh robot dan pekerja IT? Tentunya tidak. Pada akhirnya, data-data tersebut hanyalah sekadar angka apabila tidak ada yang menginterpretasikan. Auditorlah yang dapat menganalisis data-data tersebut dengan latar belakang pengetahuan akuntansi dan kemudian menginterpretasikan data tersebut menjadi opini audit. So, be a smart auditor!

 

Ditulis pada: 25 September 2017

Referensi:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline