Lihat ke Halaman Asli

Perspektif Media terhadap HIV dan AIDS

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Sitti Aisyah

“Bocah Lima Tahun Positif HIV”, judul berita yang saya baca di Harian Fajar Makassar (Rabu, 6/5/2015). Ketika membaca judul itu, saya langsung tertarik sekali untuk melanjutkan isi berita itu. Karena bukan kali ini saja berita-berita mengenai ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) diangkat secara vulgar oleh media. Dari yang saya baca, dipahami oleh editor berita bahwa HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan Virus yang menyerang tubuhnya. Tapi, kemudian ada pemahaman “penyakit” yang diderita bocah perempuan yatim piatu ini sangat berat. Lain lagi di Harian Tempo Makassar “Bekal Derita Penderita HIV/AIDS di Maros”, tertulis secara jelas bagaimana yang dialami oleh bocah perempuan ini disindir oleh teman-teman di playgroup taman kanak-kanak di desanya.

Dari dua judul berita yang saya baca di dua harian pagi di Makassar tersebut, membuat saya kemudian berpikir bahwa media masih belum begitu memahami mengenai HIV dan AIDS. Saya pun juga belum sepenuhnya memahami mengenai HIV dan AIDS. Tapi, dari apa yang saya pelajari, pengetahuan yang saya dapatkan menyebutkan bahwa HIV (Human = manusia, Immunodeficiency = kekebalan tubuh, Virus = virus) adalah virus yang merusak kekebalan tubuh manusia  dan AIDS (Acquired = didapat (bukan keturunan), Immune = sistem kekebalan tubuh, Deficiency = kekurangan/menurun, Syndrome = kumpulan gejala penyakit) adalah kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.

Jadi penulisannya bukan lagi HIV/AIDS tapi HIV dan AIDS. Karena keduanya memiliki makna ketika HIV/AIDS tanda “/” sama dengan “atau”. Berikut perjalanan HIV menuju AIDS melalui: Stadium I,Window Period (Periode Jendela), rentang waktu sejak HIV masuk dalam tubuh – tes anti bodi terhadap HIV menjadi positif 1-3 bulan (bisa 6 bulan); Stadium II, Asimptomatik (tanpa gejala) dalam tubuh terdapat HIV. Tapi, tidak menunjukkan gejala hanya cairan tubuh telah dapat menularkan HIV; Stadium III, pembesaran kelenjar LIMFE umumnya lebih dari 1 bulan; Stadium IV, AIDS sistem kekebalan tubuh rusak. Kemudian, pengobatan untuk ODIV dan ODHA meminum ARV (Anti Retroviral Virus), ARV ini berfungsi untuk menekan jumlah (HIV) replikasi virus (bukan membunuh).

Adapun cara penularan HIV, masuknya melalui cairan tubuh orang dengan HIV ke orang lain yang belum terinfeksi secara langsung, termasuk perempuan dengan HIV kepada janinnya. Adapun perilaku beresiko HIV: menggunakan benda-benda tajam, seperti alat kesehatan, kecantikan, dapur, pertukangan dan lainnya, termasuk bagian tubuh, seperti kuku dan gigi; menggunakan jarum suntik yang tidak bersih dan atau berganti-gantian; darah donor dan perpindahan organ tubuh; Air Susu Ibu dan atau Ibu kepada anak yang dikandungnya; Hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Pencegahan HIV dapat dilakukan dengan: Bekali diri dengan mencari sebanyak-banyaknya informasi, komunikasi dan edukasi tentang HIV; tidak melakukan hal-hal yang beresiko dapat menularkan HIV; serta selalu waspada dan berhati-hati untuk setiap melakukan perilaku yang dapat beresiko menularkan HIV.

Kemudian saya membaca dua berita itu, apa yang dialami oleh bocah perempuan tersebut ketika diketahui terinfeksi HIV sungguh memiriskan. Saat bermain dengan temannya, ia ditegur “jangan meludah sembarang, nanti penyakitmu tertular”. Saya tidak membaca ada pengetahuan kepada pembaca bahwa HIV tidak menular melalui kontak sosial biasa, seperti bermain bersama, bersalaman, menggunakan wc/kamar mandi yang sama, makan/minum dari gelas/piring yang sama. Media penularan HIV itu melalui cairan tubuh manusia: 1). Darah; 2). Cairan Vagina; 3). Cairan Air Mani; 4). ASI (Air Susu Ibu). Adapun sebutan bagi orang yang terinfeksi HIV dan AIDS adalah ODIV = Orang Dengan HIV, ODHA = Orang Dengan HIV dan AIDS.

Jadi bukan lagi penderita seperti judul berita karena mereka tidak menderita akibat penyakit , tapi mereka menderita karena diskriminasi dan kekerasan yang dialami oleh ODIV dan ODHA. Seperti yang dialami oleh bocah perempuan berusia lima tahun ini, dia sudah mengalami stigma oleh lingkungan sekitar ditambah lagi berita tentang bocah perempuan yang positif HIV pastinya akan menambah stigma, diskriminasi dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya terhadap ODIV/ODHA.

ODIV/ODHA bukan untuk dijauhi, rangkul mereka, beri dukungan dan semangat agar mereka tidak menderita lagi karena stigma dan diskriminasi yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya. Peran media dalam hal ini sangat penting. Karena media merupakan pembentuk opini publik. Informasi yang benar sangat diperlukan kepada masyarakat yang masih belum memahami mengenai HIV dan AIDS. Karena itu, media juga penting untuk memahami hal-hal yang akan dimuat, diangkat untuk menjadi berita agar masyarakat tidak salah memahami dan memberi stigma bagi ODHA.[].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline