Lihat ke Halaman Asli

Nias Mengidolakan Sosok Jenderal Hoegeng

Diperbarui: 24 Juni 2020   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Jendral Hoegeng nama akrabnya, nama panjangnya Hoegeng Imam Santoso kelahiran tanggal 14 Oktober 1921 di Pekalongan. Awalnya saya tidak pernah mendengar nama Hoegeng tapi berawal dari isu penangkapan pria asal Maluku Utara, karena yang bersangkutan menulis di dinding facebook-nya soal lelucon Presiden RI ke - 4 Abdurrahmat Wahid alias Gusdur "Hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia : patung polisi, Polisi tidur dan JenderalHogeng"(sumber:https://news.detik.com/berita/d-5056697/pria-posting-lelucon-gus-dur-3-polisi-jujur-berujung-diklarifikasi-polisi)

Ketiga yang disebutkan diatas saya mencoba untuk mencari tau mengapa disebut polisi jujur. patung polisi dan polisi tidur bisa diterka sementara Hoegeng tak ada bayangan sama sekali di otakku maka bermula dari situlah saya searching di google Hoegeng ini siapa?, rupanya ketemu Ia seorang Jenderal. Terus saya membaca ceritanya mengapa sampai sosok Jenderal kelahiran tahun 1921 ini disebut polisi jujur. Ternyata setelah membaca kisahnya maka tak salah jika beliau mendapat sebutan polisi jujur.

Tak lama setelah membaca kisah beliau terlintas dipikiranku andaikan sosok beliau hadir di tanah kelahiran saya di Nias pasti kasus - kasus yang telah disampaikan di polres Nias menjadi perhatian misalnya Laporan saya tahun 2012 lalu, sekarang sudah tahun 2020 bila dihitung kini berumur delapan tahun. Apabila bersamaan laporan tersebut dengan kelahiran seorang bayi maka sekarang si bayi sudah duduk di bangku kelas 2 SD, yah lumayan lama.

Pada waktu bersamaan saya terkagetkan sendiri oleh pikiran dan harapanku bahwa sosok Hoegeng yang asli tidak mungkin bisa menjadi pemimpin penegak hukum di tanah kelahiranku, walaupun demikian saya masih menaruh harapan paling tidak  ada sosok yang menyamai Hoegeng baik dari sikap, sifat dan kemauan yang keras untuk tidak menyimpang dari sumpah jabatan. Ada beberapa point yang membuat saya angkat topi sekaligus merindukan sosok Jenderal Hoegeng antara lain :

Pertama sehari sebelum Ia dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi tahun 1960 meminta istrinya bernama Merry menutup toko bunga milik mereka padahal toko bunga tersebut sudah maju dan besar. Karena permintannya itu istrinya jadi bertanya mengapa? Hoegeng menjawab " nanti semua orang yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang ibu dan ini tidak adil untuk toko - toko bunga lainnya. Jadi bapak tak ingin orang - orang beli bunga di toko itu karena jabatan bapak.

Kedua beliau menolak rayuan pengusaha cantik yang terlibat kasus penyelundupan. Hoegeng tidak peduli siapa beking penyelundupan tersebut semua disikatnya. Pengusaha cantik ini dengan berbagai usaha mendekati Hoegeng dengan mengirimkan hadiah mewah ke alamat Hoegeng tetapi pendirian Hoegeng yang tidak mudah goyah (tidak bisa dibeli) hadiah itu langsung dikembalikannya.

Ketiga keberaniannya memberantas mafia kejahatan. Ceritanya Hoegeng mendapat perintah pindah di Medan, disana penyelundupan dan perjudian merajalela. Bandar judi telah membeli (menyuap) para polisi, tentara dan Jaksa di Medan sehingga tidak bisa berbuat apa - apa karena telah disogok dengan uang, mobil, perabot mewah dan wanita. Hoegeng yang sejak muda dikenal dengan sosok yang jujur, berani dan antikorupsi, baginya suap itu haram maupun pemberian apapun. 

Suatu waktu sosok jujur ini baru saja mendarat di Pelabuhan Belawan langsung disamperi oleh sesorang utusan bandar judi yang sedang berusaha mendekatinya dengan mengucapkan selamat datang kepada Hoegeng sembari menyelipkan kalimat "sudah ada mobil dan rumah untuk pak Hoegeng hadiah dari para pengusaha. Hoegeng tetap menolak, Ia memilih tinggal di Hotel De Boer sampai rumah dinasnya tersedia.

Keempat ketidakgentarnya menghadapi siapapun katanya "perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa, jadi kalau salah tetap salah maka harus kita tindak". seorang penjual telur ayam usia 18 Tahun bernama Sumarijem (Sum) yang diculik hingga diperkosa bergiliran oleh para penculiknya. Perempuan ini tidak terima atas kejadian yang menimpa dirinya maka melapor ke polisi.

Apa yang terjadi  awalnya perempuan ini berharap polisi membantunya namun berbalik fakta bukan dibantu malah dijadikan tersangka dengan tuduhan membuat laporan palsu bahkan Sum dituding gerwani dimana saat itu lagi gencar- gencarnya pemerintah Soeharto menangkapi PKI. 

Sum disidangkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Polisi menghadirkan penjual bakso bernama Trimo untuk disebut sebagai pelaku walaupun akhirnya Trimo menolak mentah- mentah dalam persidangan (ini semacam mencari korban lain demi menyelamatkan pelaku asli) dan Jaksa menuntut Sum 3 bulan penjara/satu tahun percobaan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline