Lihat ke Halaman Asli

SOVI MARIYANA

Guru SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan CGP Angkatan 5 Kabupaten Sumenep

Diperbarui: 11 Oktober 2022   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Hari ini, Rabu 15 Juni 2022 jam 08.30 WIB, adalah pendampingan individu yang pertama untuk saya, Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Sumenep. 

Untuk pertama kalinya juga, saya kedatangan pengajar praktik saya, Ibu Endrawasih,S.Pd. Beliau adalah Wakil Kepala Seksi Kurikulum di SMA 1 Kalianget. 

Saya tidak bisa melukiskan bagaimana perasaan saya menghadapi pendmapingan saat ini apalagi saat melihat Beliau sudah datang. Ketakutan itu menurut beliau wajar, karena ini adalah kali pertama saya mendapat pendampingan. 

Sejak kemarin saya sudah mempersiapkan kunjungan ini, kelas yang menginspirasi sebagai aplikasi dari buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang tertuang dalam program yang telah saya ikuti selama kurang lebih 1 bulan ini. 

Print out aksi nyata dan portofolio manual dan digital, dan beberapa persiapan lain yang saya rasa sudah maksimal meski itu tak mengurangi kegelisahan saya. Bersama beliau dalam pendampingan kali ini sangat menyenangkan, Kegelisahan yang saya takutkan tidak terasa, semua mengalir begitu saja seperti yang beliau sampaikan untuk menenangkan hati saya.

Ada banyak pelajaran baru yang saya dapatkan hari ini bersama beliau, setidaknya dari penyampaian beliau, ada pola pikir yang harus saya perbaiki dan saya rubah. Yang pertama, hasil karya murid yang saya pajang memang akan memberikan dampak positif bagi siswa saya yang hasilnya saya pajang, akan tetapi bagi yang tidak dipajang juga memberikan dampak negatif selain sisi positifnya. 

Siswi yang hasil karyanya dipajang memang akan merasa bangga, lebih percaya diri, dan menurut saya ini akan menjadi motivasi ekstrinsik untuknya agar lebih baik lagi dalam berkreasi, tapi bagi siswa yang tidak dipajang, disisi positif yang saya pikirkan, mereka akan berupaya untuk lebih baik dalam berkarya sehingga karyanya bisa dihargai, namun disisi negatif, mereka akan merasa kurang percaya diri, patah semangat, bahkan malas untuk berkreasi kembali karena melihat karyanya tidak dipandang baik bahkan cenderung di abaikan. 

Maka dari itu, solusinya adalah, kita sebagai guru, hal pertama yang harus dilakukan adalah, membuat kesepakatan bersama mereka dalam membuat kolase. Semisal, kolase yang kurang rapi atau bagus tampilannya tidak akan di pajang. Informasi ini menjadi stimulus bagi anak untuk berupaya menampilkan yang terbaik. Kemudian, hal lain yaitu kolase yang kurang bagus tidak seharusnya di taruh di Kardus tapi tetap di pajang dan diletakkan di portofolio.

Dari peristiwa ini,saya berfikir, begitu detailnya pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang anak. Ada nilai-nilai berpihak pada anak  yang terselip dalam kejadian ini, kita sebagai guru harus selalu berupaya mamang benar-benar memihak pada anak. 

Tidak hanya mendampingi saat proses pembelajaran, memotivasi saat mereka berproses, akan tetapi tetap menghargai hasil karya mereka bagaimanpun hasilnya untuk tetap menjaga agar mereka belajar dengan merdeka dan bahagia. Karena setiap anak berkembang dengan potensinya masing-masing, hidup dengan dunianya masing-masing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline