Lihat ke Halaman Asli

Nilai Sosial dan Budaya dalam Film & Novel KKN di Desa Penari

Diperbarui: 17 Desember 2023   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

umidb.com 

Kisah ini bermula dari pembicaraan mahasiswa yang akan mencari tempat untuk program kerja selama KKN. Berdasarkan kisah yang diperankan oleh sekelompok mahasiswa KKN, menunjukkan keterkaitan antara kisah tersebut dengan kenyataan, Di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai itu menggambarkan norma, tradisi, aturan dan kepercayaan yang dianut suatu masyarakat tertentu. Dan membaginya berdasarkan nilai sosial (hubungan manusia dengan masyarakat) yang terdapat di desa Penari. Berikut adalah penjelasann Nilai sosial dan Norma Adat yang terdapat dalam novel dan film tersebut:

A. Nilai tolong menolong

Di film KKN Desa Penari dan dalam novelnya terdapat 1 Scene Ayu mengatakan “Apapun masalah yang ada di desa ini, kami akan bantu atasi”.

Tolong menolong merupakan sikap bersedia mengulurkan tangan membantu anggota masyarakat yang sedang kesusahan. Hal tersebut, terrdapat pada adegan yang menggambarkan bahwa Ayu dan tim akan siap membantu mengatasi permasalahan di desa termasuk sumber air (Sinden).

B. Nilai kekeluargaan

Ada salah satu scene ketika Nur memperingatkan Ayu dan Bima di mana keduanya telah melakukan kesalahan dan mereka mencoba meminta maaf serta menyelesaikan permasalahan ini dengan baik-baik.

Kekeluargaan adalah sikap saling memiliki berhubungan dan keterkaitan antara satu orang dengan orang lain. Betapa pentingnya nilai kekeluargaan, yaitu untuk menyambung tali keluarga dan kerabat,  Pada adegan ini, Nur merasa Bima itu adalah keluarganya karena Bima ini teman Nur dari kecil, dia tahu watak Bima. Oleh karena itu, Nur mencoba mengingatkan Bima dan Ayu sebagai bentuk kekeluargaan, bahwa tindakannya itu salah.

C. Nilai kepedulian antar sesama

Terdapat scene ketika Nur dan Bima duduk berdua, dan kemudian Bima menangis. Menyesali perbuatannya. “Aku, khilaf Nur” kata bima, “Cuma sebatas khilaf Bim?”, “Demi Allah. Aku baru sadar setelah semuanya terjadi”. “Bim, jangan bawa bawa nama Allah” kemudian Bima menceritakan mimpinya kepada Nur, yang mana mimpinya itu mengahsut Bima untuk menuruti kemauan Dawuh.

Dan juga salah satu scene dimana ketika Wahyu, Widia, dan Ayu pergi ke rumah Pak Prabu dan bertemu juga dengan Mbah Buyut, yang mana mereka disuguhkan kopi pahit yang mana kopi pahit tersebut biasanya diberikan untuk persembahan kepada nenek moyang dan hanya Ayu yang merasakan kopi itu manis. Hal tersebut pertanda tidak baik, oleh karena itu, Mbah Buyut dan Pak Prabu membantu Ayu agar terhindar dari makhluk halus yang mengikutinya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline