Lihat ke Halaman Asli

sovia aribi

mahasiswa baru

Hambatan Utama dalam Menerapkan Program Vokasional yang Berorientasi Pada Keterampilan dan Patriotisme

Diperbarui: 23 Agustus 2024   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar sovia aribi

 

Nama : Sovia aribi damayanti

Prodi : D4 teknik informatika

Kelompok : ALUGARA (6)

Pendidikan vokasional di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mengimplementasikan program yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis tetapi juga pada penanaman nilai patriotisme. Hambatan-hambatan ini melibatkan aspek sistem pendidikan, infrastruktur, dan keterlibatan berbagai pihak, serta tantangan sosial dan ekonomi.

 Pada tahun 2016, Indonesia menghadapi krisis pengangguran yang signifikan dengan jumlah pengangguran mencapai 1.348.327. Untuk mengatasi masalah ini dan mendukung kemajuan industri, pemerintah meluncurkan program pendidikan vokasi industri yang menerapkan dual system. Dalam sistem ini, proses pembelajaran dibagi menjadi 30 persen di sekolah dan 70 persen di dunia industri. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Namun, implementasi program ini masih mengalami berbagai hambatan utama.

1. Pendidikan yang Mahal dan Angka Putus Sekolah Tinggi

 Salah satu hambatan terbesar dalam penerapan program pendidikan vokasional adalah biaya pendidikan yang tinggi dan angka putus sekolah yang masih tinggi. Pendidikan vokasional sering kali memerlukan fasilitas dan peralatan yang mahal, yang bisa menjadi kendala bagi kalangan kurang mampu. Akibatnya, akses ke pendidikan vokasional terbatas, terutama bagi siswa dari keluarga dengan ekonomi rendah. Hal ini mengakibatkan ketidakmerataan kesempatan dalam memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di pasar kerja.

2. Sistem Pendidikan yang Tidak Link and Match

 Sistem pendidikan yang ada saat ini sering kali tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, yang dikenal dengan istilah "link and match". Kurikulum pendidikan vokasional sering kali berfokus pada kualitas dan kuantitas materi pelajaran daripada keterampilan praktis yang dibutuhkan industri. Kurikulum yang ada belum sepenuhnya menjawab potensi dan kebutuhan pasar kerja, sehingga lulusan sering kali kurang siap untuk menghadapi tantangan di dunia kerja. Reformasi kurikulum yang lebih responsif terhadap kebutuhan industri dan perubahan pasar kerja sangat diperlukan untuk meningkatkan relevansi pendidikan vokasional.

3. Kurangnya Keterampilan Abad 21

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline