Lihat ke Halaman Asli

Penjajahan Secara Ideologi Dogmatika

Diperbarui: 22 Januari 2018   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: /wayang.wordpress.com

#ManifestasiPenjajahanSecaraLuas

Kita semua anak bangsa Bumi Pertiwi yang masih ingat dan memahami pembukaan UUD 1945 yang dalam salah satu paragraf kalimat pembukaan (preambule) mengungkapkan  bahwa Bangsa Indonesia sangat menentang dan ingin menghapus Penjajahan yang terjadi di Dunia. 

Pencantuman kalimat yang ingin menghapus dan menentang kolonialisme di dunia tentu saja berdasarkan pengalaman pahit dan menyedihkan dimana Negeri Indonesia telah mengalami Penjajahan secara Fisik/Konvensional dengan durasi waktu lebih dari 3 Abad, sampai merdeka pada hari Jumat di tanggal 17 Agustus 1945.

 Bentuk penjajahan secara fisik adalah wujud kolonialisme konvensional yang klasik. Pertanyaannya sekarang adalah apakah ada bentuk penjajahan lainnya? Dalam wujud apa sajakan?

Apabila kita masih ingat sejarah peristiwa Malari pada tahun 1974 tanggal 15 Januari dimana terjadinya demonstrasi oleh mahasiswa yang menentang dan menolak kedatangan Perdana Menteri Jepang saat itu ke Indonesia adalah dikarenakan pada saat itu Bangsa Jepang dinilai telah melakukan Penjajahan secara Ekonomi dengan melakukan proses penjualan produk otomotif buatan Jepang serta bertujuan pula untuk mendirikan Pabrikan otomotif untuk menopang posisi penjualan otomotif (mobil, motor, dan lainnya) di Indonesia yang saat ini salah satunya dikenal dengan branding yang sangat familiar dengan kita yaitu Astra Internasional Toyota. 

Dengan situasi dan kondisi produk otomotif yang sangat Kuat dan Mendominasi produksi otomotif di Indonesia saat itu mahasiswa menganggap hal tersebut merupakan bentuk Penjajahan secara Ekonomi.

Lalu dimasa saat ini di zaman now bentuk wujud budaya luar negeri seperti budaya musik Korea juga sedang mewabah dan digandrungi di Indonesia bahkan sampai gaungnya dan pesona magnetnya mengalahkan warisan budaya tradisonal lokal nusantara adalah sesungguhnya wujud dari penjajahan secara Budaya Sosial. 

Dan masih banyak lagi wujud bentuk manifestasi dari Penjajahan atau kolonialisme selain secara konvensional/klasik dahulu kala. Antara lain ; Penjajahan secara ilmu pengetahuan, penjajahan secara Ideologis dan bla bla bla.

#PenjajahanSecaraIdeologis

Di nusantara bumi pertiwi, leluhur kita secara kongkrit memiliki dan meninggalkan warisan budaya kepercayaan atau keyakinan yang berbasiskan secara Alamiah, sehingga pada saat zaman modern (contoh ; orde lama/baru) secara formalitas buku teks pelajaran menerangkan bahwa keyakinan atau kepercayaan yang disebut agama adalah yang berbasis dan berbau wahyu dari Langit. Sedangkan keyakinan atau keprcayaan yang berbasis dari kehidupan Alam dijustifikasi hanya budaya berbasis lingkungan alam sekitar dimana manusia bermukim dan di labeli sebagai agama Alamiah. 

Secara alamiah dan historis maka leluhur kita secara faktual telah mewariskan keyakinan/kepercayaan Lokal yang berbasis Alamiah dan diseluruh wilayah nusantara setiap wilayah daerah penduduk lokal memilik keyakinan/kepercayaannya maisng2 secara lokal alamiah. Leluhur kita di bumi pertiwi meyakini bahwa rasa syukur dan terima kasih pada Yang Maha Kuasa atas segala hasil bumi di Alam diwujudkan dengan melakukan prosesi sembahyang untuk menhormati ALam Bumi baik itu di Darat (Bukit , Pegunungan, etc) & di Air (Sungai/Danau atau LAutan). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline