Lihat ke Halaman Asli

Akbar Tandjung dan "Saudagar Politik"

Diperbarui: 14 April 2016   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto Rami Musrady Zaini"][/caption]Mencermati diskurkus Partai Golkar dalam problematika ke Indonesiaan saat ini bisa menjadi isu sexi yang kan diikuti bahkan menjadi preseden politik bagi studi kasus baru dinamika partai politik di Indonesia.

Partai Golkar yang sedang dilanda turbulensi politik yang panjang, mencoba mengambil jedah dengan menanti datangnya Munaslub, sebagai test case kebangkitan dari bayang-bayang perpecahan. Saya melihat peran Akbar Tandjung masih begitu besar dalam andil Munaslub nanti, tetapi sosok JK yang juga sebagai sesepuh di Golkar saya kira akan turut bermain sebagai aktor bayangan dalam jalannya Munaslub Golkar Nanti.

Jika tak keliru meramalkan pertarungan tersebut, sejatinya Munaslub itu adalah pertarungan kembali, antara Akbar dan JK seperti Munas ke-7 Partai Golkar di Bali waktu silam yang akhirnya dimenangkan oleh JK sebagai Ketua Umum Golkar.

Yang menarik ketika Munas Ke-7 Golkar tersebut menyeruak istilah "Saudagar Politik" yang tentu semakin mewacana seiring menangnya JK.

Belakangan, istilah "Saudagar Politik" itu muncul dalam disertasi Akbar Tanjung yang kemudian di bukukan menjadi "The Golkar Way Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi". 

Dalam buku itu kurang lebih Akbar Tandjung mengemukakan bahwa kepemimpinan saudagar lebih bersifat jangka pendek, mengedepankan spekulasi bisnis, serta cenderung tidak menghargai proses melainkan hasil akhir...Akbar juga mengungkapkan Corak kepemimpinan "Saudagar Politik" cenderung mengabaikan pembangunan atau kelembagaan.

Yang coba dikritisi Akbar Tanjung tentang saudagar politik adalah bukan hak saudagar dalam berpolitik, mengingat apa pun latar belakang seseorang ia mempunyai hak politik yang sama. Namun, menurut Akbar Tanjung dalam konteks kepemimpinan politik, mind set (pola pikir) saudagar tidak cocok dan tidak relevan dengan upaya kelembagaan politik.

Sedikitnya dalam buku yang diramu dari sebuah disertasi Akbar Tandjung, istilah "Saudagar Politik'' telah menjadi sebuah postulat pengetahuan khususnya dalam Ilmu sosial dan Politik.

Lalu bagaimanakah wacana "Saudagar Politik", apakah kan kembali menyeruak di Munaslub nanti...? Kita lihat saja! [ ]

 

Baca Juga:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline