Kejadian di Solo bisa jadi menjadi kejadian yang kesekian kalinya dimana simbol yang menyerupai salib menjadi biang keributan oleh sekelompok orang yang mungkin panas melihatnya.
Menurut saya sebagai orang kristen, kita harus berterimakasih kepada orang memprotes keberadaannya di Solo, dan kadang memang Tuhan memakai orang yang membenciNya untuk menegakan kemuliaanNya, coba baca saja Taurat yang ada di semua buku suci Abrahamik, banyak sekali kejadian Tuhan memakai orang-orang yang membenciNya untuk tujuan kebaikan.
Nah cerita itu berulang di Solo, ketika kaum yang tidak menyukaiNya merasa panas dan terganggu dengan simbol ketuhanan, Salib. Bagus juga mereka marah, panas dan terganggu, dan akhirnya simbol ini disingkiran dari tempat semula, apapun caranya.
Coba kalau itu memang simbol salib, harusnya orang kristen merasa marah, lihat saja letaknya dimana, diperempatan jalan, diinjak injak oleh mobil, delman, motor, kaki manusia serta binatang. Dikencingi, diludahi dan di 'teleki' kuda. Harusnya kita kaum salib mendemo berjilid-jilid meminta kepala daerahnya diturunkan dari jabatannya, bahkan kalau perlu presidennya diturunkan, karena sudah benar-benar menistakan simbol keagamaan kaum kita.
Tapi ratusan tahun agama yang diajarkan kepada kami bukan agama simbol, kami tidak menyembah dan memuliakan simbol dan kebendaan. yang kami muliakan adalah Tuhan dan kemanusiaan. dan lebih jauh lagi, kerajaan Tuhan yang kami tegakan bukan kerajaan fisik, tapi kerajaan di hati dan pikiran kami, karena itu Salib itu terpatri di hati dan pikiraan kami. Silahkanlah kalian patahkan salib di kuburan, bakar gereja kami, tapi gak akan mampulah kebencian kalian membakar dan mematahkan salib di hati dan pikiran kami.
Mungkin itu yang dinamakan "Sakti Tanpa Aji", dimana manusia tidak terikat lagi dengan kebendaan dan merasa bebas dari ikatan-ikatan sesuatu dari luar dirinya dalam bentuk apapun.
Urusan ketuhanan adalah kesadaran bahwa itu hubungan personal, karena itulah urusan Tuhan seharusnya tidak akan bisa menjadi alat propaganda dan mendulang kekuasaan, karena kalau itu terjadi, api dan darah akan selalu tercurah di bumi, coba lihat kanan kiri, berapa juta nyawa melayang atas nama Tuhan, tidakkah seharusnya kita belajar.
Tapi kembali lagi, Tuhan memang bekerja dengan caraNya, memakai kemarahan, kebencian, bahkan memakai setan untuk memuliakan namaNya. Supaya sesuatu yang mencerminkan citraNya tidak dinistakan.
Tuhan mah bebas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H