Lihat ke Halaman Asli

Harry Puguh

Sustainability Profesional

Racun Agama

Diperbarui: 15 Mei 2018   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. Pribadi)

Beberapa kali ketika saya beribadah, dan saat pengkotbah membicarakan kepercayaan orang lain pakai sudut pandang negatif, atau berkotbah tentang kebencian dan memuja harta benda, saya mengambil keputusan keluar ditengah-tengah kotbah. Saya gak akan membuang-buang waktu mendengarkan omong kosong di gereja.

Mungkin kalau kondisi semakin ekstrim, ketika pemuka agamaku mengajarkan kebencian, mengkafirkan sesama, dan pembunuhan. Bisa jadi saya orang yang pertama akan maju ke mimbar dan menyeret dia ke kantor polisi terdekat.

Yang sangat mengherankan adalah, begitu mudah kita menoleransi kebodohan dan omong kosong, atas nama kesucian dan dilakukan di Rumah Tuhan.

Yang menghasilkan zombie-zombie, keluar rumah ibadah bukan menjadi orang yang tercerahkan, tetapi jadi manusia yang tercuci otak, tatapan mata kosong seperti mayat hidup.

Sampai pada saatnya tanpa sadar, pola-pola itu meracuni kehidupan sosial kita, bersekat, saling curiga dan punya tendensi untuk saling membunuh.

 Itukah tujuan kita beragama dan bertuhan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline