Lihat ke Halaman Asli

Hegemoni Orde Baru dan Dinamika Konflik di Era Reformasi

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama 32 tahun berkuasa, orba tampil menjadi rezim otoriter. suara kritis di redam dengan teror dan kekerasan. wakil rakyat di tundukkan dengan membangun budaya patronase. konsep harmoni di tanamkan demi kepentingan status quo segalanya harus seragam dan selaras dengan selera penguasa. indoktrinasi , memalsukan realitas dan mengeruhkan pikiran rakyat di tempuh sebagai jalan. rakyat di produk untuk melakukan reaksi adaptif terhjadap sistem kekuasaan yang menindas. logika kepatuhan di ciptakan lewat politik perizinan, UU subversi, cekal, dan pencabutan SIUUP. lalu terjadilah pembusukan dalam tubuh etika hukum, birokrasi, politik, sosial dan budaya. korupsi, kolusi dan nepotisme telah menjadi bagian dari kekuasaan. keadilan di perjual belikan hukum di tempatkan sebagai ajang permainan bahasa. anehnya selama tiga dasarwasa rakyat di tindas oleh sekelompok kecil kaum istana yang di pimpin penguasa orde baru dengan penguasa jendral soeharto. ini bisa di buktikan dengan kebijakannya mengangkat anggota kabinet pembangunan ke tujuh ketika masyarakat mendesak di berantasnya korupsi, ia justru memilih orang-orang yang terbelit skandal KKN seperti mohammad bob hasan orang kepercayaan bisnisnya juga mengangkat anak perempuan dan kroni-kroninya untuk menduduki jabatan dalam kabinet. berdirinya rezim orba yang menggantikan soekarno, sejak semula lebih merupakan agen kepentingan kapitalis internasional di bawah komando AS.

Sejak saat itu strategi sosial, politik, dan ekonomi yang di bangun oleh negara-negara kapitalis mulai di terapkan rezim orba. ini tercermin dalam undang-undang no. 2 tahun 1986 mengenai penanaman modal asing. untuk merealisasikan itu rezim soeharto melakukan strategi pengamanan yang sering kali malah merugikan bangsa sendiri seperti kebijakan eksplorasi tambang di papua oleh free port dan juga eksplorasi tambang di NTB oleh perusahaan New Mont. semua skenario ini di topang oleh para inteltual dan ekonom yang di sekolahkan di amerika yang bekerjasama untuk mengeksplorasi segala kekayaan alam indonesia. segala bentuk kekerasan dan otoriter rezim orde baru di buktikan dengan pembunuhan dan pembantaian orang-orang bekas PKI dan di anggap keturunan PKI di bunuh peristiwa berdarah ini merenggut hampir 450.000 orang. dan segala penculikan terhadap para aktivis mahasiswa yang di lakukan di jaman orde baru, serta pembredelan sejumlah surat kabar rakyat dan juga surat kabar di kampus ini membuktikan betapa penguasa orde baru yang sangat fasis dan juga otoriter membuat kesadaran masyrakat indonesia terutama kaum intelektual untuk melakukan aksi massa besar-besaran bersama dengan para dosen, para aktivis masyarakat, dan para elit politik yang ingin melengserkan rezim orba. setelah terjadinya konsolidasi massa revolusi ini kemudian melakukan aksi sosial  seperti menulis buku, menulis berita di media massa, demonstrasi, dan penekanan yang ekstrimm kepada pemerintah. setelah menduduki gedung DPR akhirnya rezim orde baru lengser dan di gantika oleh kaum revolusioner yang menginginkan demokrasi yang benar-benar bebas,adil dan berdaulat.

Dari kasus di atas teori hegemoni oleh antonio gramsci bahwa pertama penguasaan kesadaran melalui jalan kekerasaan dan pemaksaan. memang benar terjadi di masa orba bahwa masyrakat di bungkam oleh kekerasan, kritik dan pendapat masyarakat yang sekira dapat membahayakan orde baru langsung di singkirkan dan di musnahkan dengan cara kekerasan terbukti dengan pembantaiaan orang-orang yang dianggap PKI, mahasiswa yang kritis pun di culik dan di masukkan ke penjara. cara kekerasan membuat masyarakat dan para aktivis menjadi takut untuk mengkritik rezim orde baru yang sangat otoriter. yang kedua adalah jalan kepatuhan dan kesadaran pada elemen masyarakat pada masa orde baru masyarakat di tuntut untuk patuh oleh agenda dan kebijakan pemerintah misalnya tentang penanaman modal asing yang ada di indonesia jelas-jelas kebijakan itu sangat merugikan bangsa ini akan tetapi masyarakat indonesia seolah-olah masih sangat normatif dan menerima semua kebijakan-kebijakan pemerintah tanpa menelaah terlebih dahulu.

rezim orba di indonesi bisa berhasil juga karena peran organisasi infrastruktur yang menekankan keparuhan intelektual,karena faktor kultural dan politis para intelektual ini menyerahkan diri,pasrah dan patuh pada masa orba ini dibuktikan dengan banyaknya menteri-menteri dan DPR yang bungkam atas segala diskriminasi dan tindakan sewenang-wenang pemerintahan orde baru di biarkan begitu saja. dan para intelektual ini hanya bisa berdiam diri ketika rakyat menjerit. para menteri-menteri dan DPR telah bersekutu pada rezim orde baru, terjadi penghianatan intelektualitas sehingga orang inlektual kehilangan idealisme meraka karena uang yang berlimpah dan kekuasaan yang membutakan mata mereka sehingga tidak memungkinkan adanya revolusi pembebasan masyarakat tanpa kelas yang di jelaskan oleh Marx.

intelektual yang tradisional hidup terlalu lama di masa orde baru dan mereka menjadi musuh masyarakat dan memanipulasi sistem sosial yang menindas masyarakat  pada waktu itu. akan tetapi itu tidak lama masih ada semangat kaum intektual muda lainnya seperti aliansi mahasiswa se-indonesia, LSM dan para dosen-dosen yang langsung turun ke medan perang, mereka semua sudah meluangkan waktu dan tenaga mereka untuk masyarakat ini pertanda bahwa intelektual organis sudah bersatu di indonesia, benar yang di katakan oleh gramsci bahwa pemusatan aksi massa yang besar harus di galakkan dengan di pimpin oleh kaum intelektual bangsa, dan para elit-elit sosial yang ada pada saat itu. seperti organisasi buruh indonesia, aliansi mahasiswa di indonesia dan para dosen-dosen di indonesia. peristiwa ini terjadi karena adanya kesadaran sama-sama di tindas oleh rezim orba dan juga semangat revolusi sosial membuat para intelektual ini bersemangat secara revolusioner. fungsi yang lain adalah membuktikan bahwa kaum intektual indonesia bisa berbicara banyak dan menjadi agen perubahan bangsa sesuai dengan yang di kemukakan oleh antonio gramsci. dengan berbagai variasi perlawanan akhirnya rezim orde baru pun tumbang dengan semangat revolusioner masyarakat dan kaum intelektual bangsa ini dan budaya perlawanan di indonesia menjadi suatu keharusan yang harus dilestarikan untuk kaum intelektual generasi selanjutnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline