Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus memiliki semangat dan turut serta dalam membangun karakter bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dengan menerapkan nilai-nilai yang berazaskan Pancasila, kelima sila tersebut sudah mendeskripsikan karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya .
Deputi bidang pendidikan dan pelatihan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dr. Baby Siti Salamah, M.Psi. Psikolog mengatakan peran keluarga dalam membangun karakter bangsa dengan asas Pancasila sangat penting. Menurutnya nilai-nilai ideologi Pancasila yang telah mengalami krisis perlu kembali dibumikan serta memgarusutamakannya terutama pada generasi milenial.
Ia mencontohkan seperti dalam sila pertama yaitu dengan menjalankan ibadah sesuai kepercayaan masing- masing, dan bertoleransi dengan orang lain. Lalu sila kedua dengan berempati kepada kondisi orang lain, seperti saat pandemi ini kita menyayangi diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan masker.
"Melalui sila ketiga dengan mengutamakan kepentingan sesama, seperti membantu orang yang kurang beruntung, dari sila keempat, dengan bagaimana kita selalu bermusyawarah, dan pada sila kelima, selalu mengedepankan kesejahteraan untuk menikmati hidup yang layak," tambahnya.
Mardani Alisera selaku Ketua DPP PKS, juga menjelaskan mengenai karakter, bangsa, dan Pancasila. Ia berpendapat bahwa karakter secara sederhana adalah sesuatu yang bukan hanya seperti membuat tulisan di pasir melainkan yang kokoh atau sesuatu yang deep inside. Sementara bangsa, menurutnya bukan milik pribadi namun untuk group of people masyarakat Indonesia.
"Pancasila, adalah peninggalan terbaik, yaitu nilai seperti ketuhanan kenal dengan Tuhan kita akan baik sendiri atau bersama-sama, ketika kita sudah menghargai manusia terciptalah persatuan indonesia, dan ketika bersama saat keruh bisa jadi bening, saat bisa mengatur bersama akan terjadilah keadilan sosial," jelasnya.
Untuk menanamkan azas Pancasila pada generasi milenial, menurut Baby, harus menggunakan cara yang akrab di generasi sekarang ini. Seperti cara interaksi melalui media sosial dan dengan cara yang populer sesuai dengan gaya dan bahasa gaul mereka.
Ia juga berharap jika mata pelajaran Pancasila dapat segera direalisasikan guna pembangunan karakter di dunia pendidikan, karena menurutnya pembentukan karakter sangat penting sejak usia sekolah.
"Dengan jumlah pemakai internet yang begitu tinggi, dan filter yang kurang, kita berharap dapat kembali ingat dengan nilai-nilai kita sebagai bangsa Indonesia, karena kita memiliki kesatuan dan persatuan," tambah Baby.
Mardani berpendapat bahwa ketika Pancasila hadir, kita dapat warisan yang luar biasa, yang artinya Indonesia adalah potensi besar yang harus dijaga dan dirawat dengan kesepakatan common sense di ruang publik.
"Misalnya tidak boleh menghujat, tidak boleh hoax. Melainkan kontestasikan gagasan, integritas, bagaimana kita saling menghargai," tegasnya. (LKE)