Lihat ke Halaman Asli

soraya anugralia

Mahasiswa Prodi Sejarah UGM

Tim KKN-PPM UGM Melakukan Survei Anak Putus Sekolah (APS) dan Anak Tidak Sekolah (ATS) di Desa Wringinputih, Muncar, Banyuwangi

Diperbarui: 23 Agustus 2024   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Banyuwangi - Tim Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini melakukan survei penting mengenai Anak Putus Sekolah (APS) dan Anak Tidak Sekolah (ATS) di Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Survei ini didasarkan pada data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi yang mencatat 54 kasus APS dan ATS di desa tersebut.

Dari data tersebut, tim berhasil melacak alamat 31 anak yang tersebar di tiga dusun: Dusun Kabatmantren (8 anak), Dusun Krajan (14 anak), dan Dusun Tegalpare (10 anak). Survei dilakukan secara door to door untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah APS dan ATS, meliputi aspek ekonomi, keluarga, sosial, dan psikologis anak.

Temuan di lapangan mengungkap ketidaksesuaian antara data resmi dengan kondisi aktual masyarakat. Dari 31 anak yang disurvei, 12 anak ternyata sudah lulus SLTA, 11 anak masih bersekolah, 4 anak tidak berhasil disurvei, dan hanya 4 anak yang benar-benar putus sekolah atau tidak bersekolah. Yang lebih mengejutkan, tim menemukan 5 anak putus sekolah yang tidak tercatat dalam data resmi.

Kesenjangan antara data resmi dan kondisi aktual ini menunjukkan pentingnya verifikasi data secara berkala dan peningkatan sistem pendataan di tingkat desa. Setelah menyelesaikan survei, tim mengolah data hasil temuan ke dalam format Excel untuk memudahkan analisis. Hasil analisis ini kemudian dipresentasikan kepada Kepala Desa Wringinputih, disertai dengan pemaparan masalah dan rekomendasi tindakan.

Rekomendasi yang diajukan mencakup dua aspek utama: penanganan anak-anak yang benar-benar putus sekolah atau tidak bersekolah, serta langkah-langkah untuk memperbaiki sistem pendataan. Untuk anak-anak yang putus sekolah, tim menyarankan program pendampingan intensif yang melibatkan pemerintah desa, sekolah, dan keluarga. Sementara untuk perbaikan sistem data, diusulkan adanya verifikasi rutin dan pelatihan bagi petugas pendataan di tingkat desa.

Kepala Desa Wringinputih menyambut baik hasil survei ini dan berkomitmen untuk menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan. Survei ini menunjukkan peran penting mahasiswa dalam membantu pemerintah daerah mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah di tingkat akar rumput. Melalui pendekatan ilmiah dan sistematis, tim KKN-PPM UGM tidak hanya mengungkap ketidaksesuaian data, tetapi juga memberikan solusi konkret untuk perbaikan.

Ke depan, diharapkan hasil survei ini dapat menjadi model bagi desa-desa lain di Kabupaten Banyuwangi, bahkan di seluruh Indonesia, untuk melakukan verifikasi data pendidikan secara lebih akurat. Dengan data yang akurat, upaya untuk memastikan setiap anak mendapatkan akses pendidikan yang layak dapat dilakukan dengan lebih efektif dan tepat sasaran.

Temuan ini juga menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam mengatasi masalah sosial. Melalui program KKN-PPM, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga, tetapi juga berkontribusi nyata dalam pembangunan daerah. Hasil survei ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi kebijakan pendidikan yang lebih tepat sasaran di Desa Wringinputih dan sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline