Lihat ke Halaman Asli

Sopian Purba

Selama punya semangat hidup semua akan berakhir indah

Melayani di Gereja Tuhan

Diperbarui: 7 Desember 2022   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam bahasa Yunani melayani disebut sebagai Diakonia. Pelayanan yang sempurna ditunjukkan oleh Yesus ketika Dia rela merendahkan diri menjadi manusia dan bahkan menyerahkan diriNya menjadi penebus dosa manusia.Demikianlah setiap orang yang sudah percaya dan menerima keselamatan dari-Nya menjadi PelayanNya.

Saya percaya bahwa orang sudah diselamatkan otomatis menyerahkan dirinya menjadi pelayan. Pelayan dalam hal ini meniru teladan Yesus setidaknya berusaha untuk sama denganNya walau dalam kenyataannya tidak akan ada manusia yang mampu menyamai-Nya.Saya pun percaya perjalanan gereja hingga saat ini adalah buah dan campur tangan Tuhan Yesus sebagai kepala Gereja.Namun, saya merasa banyak orang yang salah mengartikan makna menjadi Pelayan Tuhan. 

Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa pelayan Tuhan hanya mereka mereka yang menerima Tahbisan, atau memiliki peran penting di tengah gereja(gereja sebagai gedungnya). Namun bagi saya pelayan Tuhan adalah setiap orang percaya yang melakukan tugasnya dimana pun dan sebagai apapun dengan sebaik-baiknya ( memang teguh Kolose 3:23)

Saya sendiri pernah menjadi bagian dari pelayan gereja bahkan sudah di tahbis(dikukuhkan/dilantik) yang menurut aturan(kepercayaan) gereja kami, gelar dan tahbisan itu melekat pada orangnya seumur hidupnya.

Namun oleh satu atau beberapa hal, di tahun 2018, nama saya tidak lagi ada dalam daftar pelayan. Istilah orang Batak mengatakan "madekdek jarum tu na pot-pot dang diida mata alai diida roha(jarum jatuh di semak mata tak bisa melihatnya namun pikiran kita tau dimana posisinya). Boleh jadi saya tahu masalahnya dan mungkin tidak saya tahu.

Artinya diantara pengurus gereja tidak ada yang mau memperjelas kepada saya, saya pun demikian.Saya merasa sudah memberikan yang terbaik,(maaf terkesan sombong) selama saya menjadi bagian dari pelayan gereja kami. Oleh karena itu saya tidak menyesal, tidak jengkel dan tidak menyalahkan siapa-siapa.
satu saja yang saya pertegas kala itu, 31 Desember 2018, bahwa saya tidak marah tapi saya percaya pelayan Tuhan itu bukan hanya di gereja tetapi dimana pun pelayan Tuhan akan tetap memberi yang terbaik.

Tulisan singkat dan rancau ini dilatar belakangi oleh ucapan seorang pelayan gereja yang dulunya senior saya waktu saya aktif menjadi pelayan gereja kami: "dijou do ho, Baen hobasmu" (anda di panggil bergegaslah). Bagi saya kalimat itu sangat lucu, karena disampaikan oleh Pelayan di gereja kami, yang tahu persis mengapa saya tidak lagi menjadi pelayan di gereja itu. Atau boleh jadi beliau sudah lupa 4 tahun lalu, saat beliau tidak membacakan nama saya didaftar pelayan di penghujung tahun 2018 silam.
bagi saya, jadi pelayan atau tidak di gereja, Saya tetaplah Gereja(orangnya), otomatis saya harus tetap melayani di manapun.
mungkin besok saya akan tertawa membaca tulisan ini, tetapi setidaknya cerita ini akan abadi dan ini pernah terjadi.
Sitinjak, 7 Desember 2022, 23:10:30




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline