Lihat ke Halaman Asli

sopian Be

mari merangkul bukan memukul

Covid-19 di "Bumi Raflesia"

Diperbarui: 30 Maret 2020   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini dunia diguncangkan oleh sebuah virus yang sangat berbahaya dan penyebarannya pun sangat cepat, apalagi melalui benda logam. Satu virus yang mampu menggetarkan dunia ini. 

Sudah banyak memakan korban akibat tereserang virus ini. Ribuan yang meninggal dunia, ratusan yang dikarantina, dan sebagian ada yang sembuh dari serangan virus ini.

Suasana sangat mencekam, saat instruksi kepala Negara mengeluarkan statmen masyarakat harus berdiam diri dirumah saja, tidak boleh berada diluar sebab dikhawatirkan akan tertular oleh virus ini. 

Virus ini pun tidak dapat dilihat dengan kasat mata atau dengan mata yang telanjang, dibeberapa sumber yang menjelaskan bentuk virus itu dengan 2.600 kali zoom, virus itu berbentuk mirip seperti lalat hijau yang besar.

Semua Provinsi saat ini sudah dinyatakan dalam zona merah, sudah ada yang positif teserang virus corona atau Covid 19. Saat ini di Pulau Sumatra hanya ada dua Provinsi saja yang masih bertahan dizona hijau yaitu Provinsi Bengkulu dan Provinsi Babel, semoga saja Bumi Raflesia bisa bertahan sampai puncaknya dan situasi bisa kembali seperti sedia kala.

journalducameroun.com

Aktifitas yang ramai seperti biasanya saat ini hampir nampak lengang, jalanan nampak tidak begitu sibuk dengan kendaraan yang lalu lalang seperti biasanya, tempat-tempat hiburan saat ini mulai nampak tidak beraktifitas seperti biasanya, sekolah-sekolah diliburkan, pelayan-pelayan public pun sementara waktu tidak seperti biasanya, aktifitas-aktifitas masyarakat pun diingatkan untuk selalu dirumah saja.

Fatwa ulama dalam hal ini MUI pun sudah diterbitkan agar melaksanakan shalat untuk sementara waktu berjamaah dengan keluarga dirumah saja, terkecuali masjid-masjid yang ada dikampung yang jauh dari keramaian dan tidak ada yang datang dari zona-zona merah yang posotif sudah banyak korbannya.

Hal ini pun dilakukan untuk mempersempit dan memutus rantai penyebaran Covid 19 ini, terkadang dalam situasi darurat seperti ini masyarakat banyak yang tidak sadar dan menganggap remeh dengan keputusan serta himbauan yang diberikan oleh Pemerintah.

"kami tidak takut dengan Covid19 kami hanya takut dengan Allah", "kalo kami Cuma dirumah, anak istri mau makan apa?", "ah bosan dirumah aja", "matikan ditangan Tuhan, ngapain takut sama corona".

Dan masih banyak lagi perkataan yang dilontarkan mereka seolah-olah mempunyai banyak cadangan nyawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline