Lihat ke Halaman Asli

PMM Batch 2 Unej: Pencegahan Kekerasan Gender Dikaitkan Perencanaan Kontribusi Sosial

Diperbarui: 17 November 2022   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Pada kesempatan ini, kelompok Modul Nusantara Universitas Jember melaksanakan perencanaan kontribusi sosial yang dilaksanakan di Bromo Tengger dan di ruang kelas bersama HIMAPENTA (Himpunan Mahasiswa Penyuluhan Pertanian) dan alumni PMM Batch 1. Berikut penjelasannya secara singkat, jelas, dan padat.

            Sabtu Pagi (5/11), telah dilaksanakan refleksi tentang pentingnya memaafkan untuk memutuskan rantai kekerasan dan konflik keagamaan serta PMM batch 1 yang diselenggarakan oleh Tim Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka Universitas Jember. Kegiatan ini dilakukan secara offline di ruang kelas kopi 3.3 Universitas Jember Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur yang dihadiri oleh 19 mahasiswa inbound, satu (1) Dosen Pembina Lapangan, satu (1) mentor, dan delapan (8) mahasiswa anggota HIMAPENTA serta PMM Batch 1. Dengan tujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang toleransi dan kontribusi sosial, Tim Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka Universitas Jember mengundang ketua HIMAPENTA Adellia sebagai pembicara pada kegiatan refleksi ini.

Gambar 1 Kegiatan di kelas kopi 3.3 bersama HIMAPENTA - Dok. pribadi

            Kegiatan dalam kelas kopi 3.3 tersebut terdapat sesi penyampaian materi dan diskusi tanya jawab. Pembahasan yang dibahas adalah tentang pentingnya memaafkan untuk memutus rantai kekerasan konflik keagamaan serta kontribusi sosial yang telah dilaksanakan oleh alumni PMM Batch 1. Sekaligus pemateri memberitahu program kerja HIMAPENTA berupa kontribusi sosial yang telah dilaksanakan.

            Sabtu Malam (5/11), telah dilaksanakan kebhinekaan tentang pencegahan kekerasan perspektif gender yang diselenggarakan oleh Tim Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka Universitas Jember. Kegiatan ini dilakukan secara offline di Bromo Tengger Provinsi Jawa Timur yang dihadiri oleh 19 mahasiswa inbound, satu (1) Dosen Pembina Lapangan, dan satu (1) mentor. Dengan tujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa pencegahan kekerasan dalam perspektif gender, Tim Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka Universitas Jember menugaskan mahasiswa untuk mewawancarai penduduk serta pedagang sekitar terkait kekerasan gender.

            Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah kawasan pegunungan di Jawa Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, daerah Tengger merupakan kawasan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam dan hutan wisata. Kawasan hutan ini berfungsi sebagai hutan lindung dan hutan produksi. Melihat berbagai fungsi tersebut, Kongres Taman Nasional Sedunia mengukuhkan kawasan Bromo Tengger Semeru sebagai taman nasional dalam pertemuan yang diselenggarakan di Denpasar, Bali, pada tanggal 14 Oktober 1982 atas pertimbangan alam dan lingkungannya yang perlu dilindungi serta bermacam-macam potensi tradisional kuno yang perlu terus dikembangkan. Pada tanggal 12 November 1992, pemerintah Indonesia meresmikan kawasan Bromo Tengger Semeru menjadi taman nasional. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan gabungan dari beberapa kawasan yang disatukan. Kawasan tersebut sebelumnya merupakan cagar alam, taman wisata, hutan produksi dan hutan lindunng.

            Kegiatan kebhinekaan ini terdiri atas beberapa sesi, sesi pertama adalah pemberi arahan. Dalam pemberian arahan disini, pemandu menjelaskan aturan saat sudah di Bromo Tengger, rute yang akan dijalani, dan timeline kegiatan. Lalu sesi kedua ialah mewawancarai penduduk atau pedagang  di sekitar Bromo Tengger terkait kekerasan gender dan kesetaraan hak. Kemudian sesi terakhir ialah keliling Bromo Tengger dimana ada Bukit Teletabies, Sunrise View Point, dan Pasir Berbisik.

            Adapun hasil wawancara secara singkat dengan masyarakat dan pedagang sekitar Bromo Tengger adalah jarangnya terjadi kekerasan fisik dan non fisik di daerah tersebut. Dimana di wilayah tersebut masih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Selain itu terkait kesetaraan gender, diwilayah tersebut masih belum melaksanakannya secara maksimal. Hal ini dikarenakan sudah melekat mindset bahwa laki-laki yang bisa memimpin ataupun melakukan kegiatan yang berat sedangkan perempuan hanya dapat melakukan tugas yang ringan seperti memasak.

Dok. pribadi

whatsapp-image-2022-11-17-at-3-05-41-pm-1-6375f3594addee1ed01dbce3.jpeg

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline