Lihat ke Halaman Asli

Sony Sugiharto

Teman Bermain

Dolanan Neng Pati

Diperbarui: 21 November 2024   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Hompimpa Semarang

     

     Covid-19 telah memberi dampak perubahan pada aspek kehidupan yang begitu luas dan kompleks. Banyak sekali hal yang sebelumnya telah menjadi rutinitas tetapi setelah munculnya kebijakan pembatasan aktivitas maka kebiasaan dalam menjalani keseharian menjadi berubah dratis, mulai dari pekerjaan, pendidikan, dan termasuk kebersamaan dengan keluarga. Selain memberikan dampak yang tidak diinginkan seperti banyaknya kasus PHK, terdapat satu sisi positif yaitu jalinan keluarga menjadi lebih memiliki waktu luang untuk kumpul bersama seperti yang ada dikeluarga Bapak Toyyib. Selama covid karena juga memberikan dampak pada pendidikan menjadikan sekolah-sekolah menerapkan kebijakan belajar dari rumah, maka Pak Toyyib memanfaatkan hal tersebut dengan memberikan pendidikan kepada anak-anaknya salah satunya dengan membuatkan permainan tradisional seperti gangsing panggal untuk media bermain. Gangsing yang cara mainnya dengan melilit menggunakan tali kemudian dilempar tersebut menyita perhatian anak-anak sekitar sehingga banyak yang bermain bersama di rumah. Lahan yang ada disekitar rumah ditata sedemikian rupa dengan harapan dapat digunakan untuk berkegiatan seperti konsep sekolah alam yang diberi nama Sanggar Dolanan Tradisional.

     Sanggar Dolanan Tradisional bertempat di Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati. Konsep sekolah alam dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki pribadi dapat digunakan anak-anak untuk area bermain, kegiatan masyarakat, dan sekaligus tempat Paguyuban Seni Pencak-Pencik. Seni budaya lokal khas daerah Pati dengan nama Gongcik atau Pencak-Pencik meruapakan sebuah kesenian yang diiringi dengan alat musik gamelan. Tempat ini yang menjadi awal pelaksanaan Festival Dolanan Tradisional dengan tema "Road Show Jateng Dolanan". Konsep kegiatannya mengenalkan dan mengajak bermain permainan tradisional bersama dengan masyarakat khususnya anak-anak dalam konsep sekolah karakter yang diantaranya penanaman karakter percaya diri dan kerjasama. Peserta kegiatan diikuti dari MI kelas 2 dan 4 dan anak-anak TK yang bergantian dalam mengikuti kegiatan. Anak-anak terlihat sangat antusias sekali dan merasa senang selama bermain bersama dengan teman-temannya. Adapun permainaan yang dimainkan ada egrang tali bambu, lompaat tali, engklek atau sunda manda, ular naga, dan permainan sederhana lainnya. Anak-anak mendapatkan edukasi tentang pengenalan permainan tradisional dan mencoba atau praktik secara langsung agar lebih mengenal dan dapat memberikan kebermanfaatan untuk masa tumbuh-kembangnya. Dimana melalui permainan tradisional selain mengandung nilai-nilai budaya, dengan permainan yang alatnya perlu disediakan terlebih dulu justru dapat meningkatkan kreativitas, kemudian selama bermain dapat menjalin kebersamaan keluarga atau sesama, memberikan kesan menyenangkan, menambah pengetahuan, mengembangkan kemampuan gerak secara optimal, meningkatkan kemampuan berinteraksi, melatih kreativitas, dan pembentukan karakter. 

     Pelaksanaan kegiatan diawali dengan memberikan penjelasan tentang permainan tradisional, mulai dari jenis-jenis dan manfaat sambil diselingi kegiatan bermain tepuk berpasangan, ular naga, dan permainan squid game sebagai pemanasan. Setelah pengantar selesai selanjutnya kegiatan di pos bermain, anak-anak berkelompok untuk bermain di tiap-tiap pos secara bergantian. Durasi bermain tiap pos dibuat kurang lebih 10 menit agar anak-anak dapat berkesempatan mencoba semua permainan yang ada. Pos bermain diantaranya ada egrang tali, sunda manda, lompat tali, dan gangsing yang setiap pos terdapat fasilitator untuk mengajari dan mengoordinir anak-anak agar tetap kondusif selama bermain. Teman-teman fasilitator yang terlibat ada Kak Ahlish, Kak Delia, Kak Intan, dan Kak Ning yang masing-masing memiliki background sebagai guru sehingga sangat dekat dengan anak-anak.

Dokumen Hompimpa Semarang

    Gebrakan Hompimpa untuk berkunjung ke daerah-daerah di Jawa Tengah ini menjadi awal untuk mengajak bermain teman-teman yang di daerahnya sudah jarang sekali didapati interaksi khususnya melalui kegiatan bermain permainan tradisional. Begitu juga yang diharapkan oleh Sanggar Dolanan Tradisional yang diasuh oleh Pak Toyyib, tempat yang disediakan kelak bisa memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Selain itu hal ini juga bisa sebagai bentuk ajakan masyarakat atau orang tua dalam hal pemenuhan pendidikan kepada anak untuk bijak dalam menyikapi perkembangan zaman dengan tidak hanya memberikan fasilitas gadget agar anak-anak tidak gaptek, tetapi juga perlu memberikan penyeimbang dengan meluangkan waktu salah satunya yaitu melalui kegiatan bermain permainan tradaisional. "Anak-anak terkesan asing dan merasa aneh dengan permainan tradisional, tetapi setelah mencoba menjadi senang dan enjoi bisa bermain bersama teman-temannya". Kata Bu Tri selaku Kepala TK. Pasalnya dengan permainan tradisional dapat memberikan manfaat dalam hal meningkatkan kreativitas, menjalin kebersamaan keluarga, memberikan kesan menyenangkan yang berarti, penanaman karakter budaya bangsa, dan berbagai manfaat yang lain untuk masa tumbuh-kembang anak-anak. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dari berbagai pihak agar warisan budaya yang sangat berharga ini tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline