Permainan Tradisional menjadi bagian dari budaya yang diturunkan dari generasi-ke generasi sejak zaman dahulu. Dengan melalui permainan tradisional yang merupakan bagian aktivitas yang dilakukan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua, pada setiap permainan tradisional memiliki simbol-simbol kehidupan yang dapat membiasakan diri dalam berkehidupan sehari-hari hingga menjadi karakter yang melekat. Akan tetapi, dizaman sekarang ini telah terjadi perkembangan dengan sangat pesat yang ditandai dengan adanya teknologi-teknologi semakin canggih.
Dengan adanya teknologi modern tersebut menjadikan permainan tradisional jarang dimainkan, melainkan lebih sering bermain gadget sebagai alat yang memiliki fitur dan aplikasi beragam sehingga dipandang sebagai alat yang lebih dibutuhkan salah satunya dalam hal hiburan.
Dari adanya gadget tersebut menjadikan masyarakat sekarang kurang berinteraksi secara langsung termasuk yang menjadi perhatian yaitu dalam keseharian anak-anak. Tidak hanya kurangnya interaksi, anak-anak yang sudah melekat dengan gadget juga akan minim kreativitas, perkembangan gerak tidak dapat dicapai secara optimal, bahkan hingga budaya-budaya dari luar akan dapat diterima dan diikuti begitu saja. Dari sini juga akan berdampak terhadap budaya dalam negeri yang dimiliki secara turun-temurun akan semakin hilang. Begitu juga bagi orang dewasa juga akan mulai kurang aktif sebagai pewaris kebudayaan sehingga menyebabkan permainan tradisional semakin hari akan tidak dikenal lagi.
Dari permalahan yang ada tersebut, salah satu komunitas yang ada di Kota Semarang yaitu Komunitas Kampoeng Hompimpa Regional Semarang, yang tergerak dalam bidang sosial melalui permainan tradisional menjalankan program pengenalan permainan tradisional di Sekolah Dasar Negeri Pekunden. Salah satu sekolah terbaik di Semarang ini menjadi sasaran bagi komunitas untuk mengajak siswa-siswa bermain bersama permainan tradisional.
Kegiatan yang dijalankan tersebut dinamakan dengan HKS atau kepanjangan dari Hompimpa Ke Sekolah. Melalui program ini harapannya siswa-siswi dapat mengenal jenis, alat, dan cara bermain dari permainan tradisional. Kegiatan yang diselenggarakan pada hari kamis, 16 Maret 2023 diikuti oleh 112 siswa-siswi terdiri dari kelas 3 dan 5, serta dibersamai oleh 12 volunter dari mahasiswa Semarangan jenjang S 1 maupun juga dari S 2. Baik dari siswa-siswi, temen-temen volunteer, dan anggota komunitas Hompimpa selama kegiatan berlangsung terlihat bermain bersama dengan riang. Dari salah satu anggota Hompimpa, Sidiq menyampaikan bahwa "siswa-siswi begitu antusias dan bahagia dalam mengikuti serangkaian kegiatan HKS". Tak jarang juga teriakan gembira selama bermain dari siswa-siswi menyita perhatian Bapak, Ibu Guru, dan Kepala Sekolah yang ikut menghampiri kegiatan bermain.
Pelaksanaan pengenalan permainan tradisional yang dilakukan di halaman sekolah yang terbilang luas sangat mendukung untuk tercapainya tujuan kegiatan, yang harapannya siswa-siswi yang diajak bermain bersama mulai dapat mengenali permainan-permainan tradisional. Dengan masih adanya kegiatan yang berbau permainan tradisional dapat menjadi penyeimbang dari perkembangan zaman yang serba teknologi. Melalui HKS pertama di SD Negeri Pekunden tahun 2023 ini harapannya juga dapat membuka pintu untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya, dengan begitu semakin banyak anak-anak atau siswa-siswi yang mengenal tentang permainan tradisional dan dapat tetap lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H