Rivalitas tokoh bangsa yang saat ini terjadi antara Rizal Ramli (RR) dan Luhut Binsar Pandjaitan (LHP) menjadi tontonan yang sangat menarik akhir-akhir ini. Banyak orang menjadi terhibur dan juga was-was dengan adanya gesekan politik yang terjadi diantara pihak pemerintah dan anti pemerintah.
Diketahui Pak RR memang hobinya interupsi. Dimana pun beliau diundang untuk berbicara, mulai dari tv lokal hingga nasional, RR tetap konsisten menolak semua rancangan kebijakan yang saat ini sedang digencot Jokowi, khususnya mengenai pembangunan ekonomi.
Tidak hanya ketika berbicara di tv, dimedia sosial seperti twiter pun, RR banyak mencuit tentang opininya akan program kebijakan yang saat ini sedang terjadi antara pemerintah dan China. Kata-kata favorit beliau yang saya tahu adalah hitung-hitungan kita Ngawur!
Dari sisi yang lain, Pak LBP kita ketahui merupakan jebolan pensiunan TNI yang menjadi kaki tangan Jokowi di istana. Beliau sudah bekerja untuk istana sejak periode pertama Presiden Jokowi menjabat.
Hingga dua periode Jokowi memimpin, LBP masih dalam posisi yang terbilang aman untuk membantu presiden. Ia saat ini menjabat sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi.
Beberapa waktu lalu, pak RR dan LBP sempat terlibat dalam sebuah framing perdebatan. Pihak LBP mengundang Pak RR untuk debat mengenai utang negara di kantornya.
Tanpa pertimbangan lama, Pak RR langsung mengiyakan undangan debat tersebut. Yah kan, kapan lagi diundang dan ditantang oleh sang menteri. Mengingat RR sering sekali melayangkan opini keras terhadap LBP dan Sri Mulyani (SM) yang saat ini menghandle perekonomian di Indonesia.
Namun seiring jalan waktu, pak RR urung untuk melakukan debat tersebut. Berdasarkan kenyataan dilapangan, Pak RR enggan untuk menghadiri debat jika dilaksanakan tertutup. Maunya sih debatnya didepan umum. Biar ketahuan siapa yang benar dan salah serta siapa yang pintar dan dari pihak mana yang bodoh. Kira-kira seperti itulah maksud dari pak RR.
Sayangnya, permintaan RR tersebut tak bisa dipenuhi oleh pihak LBP. LBP mengundang RR untuk debat dikantornya. Secara tertutup dan jauh dari kata-kata live atau disaksikan langsung oleh rakyat.
Tantangan debat ini pun tidak terlaksana sebagai mana mestinya. Hanya ekonom senior Pak Djamester yang datang seorang diri menemui dan berdebat dengan LBP dikantornya. Itupun juga dilaksanakan secara tertutup. Hanya disaksikan oleh LBP dan beberapa stafnya.
Hasilnya seperti apa? Setelah keluar dari sarang LBP, sang ekonom senior mendadak langsung mingkem seribu bahasa seperti kucing yang habis kesiram air. Syukur bukan air keras yang disiramkan, bisa luka-luka kulit beliau.