Ada satu ritual unik yang sering terjadi sebelum waktu lebaran tiba. Selain sibuk memperbaiki ibadah agar semakin baik menuju ke hari-hari terakhir puasa, ternyata yang jangan sampai terlupakan juga adalah menyiapkan kado lebarannya.
Istilah ini sebenarnya saya dapati dari judul topik kompasiana. Sesungguhnya sebutan kado lebaran adalah sesuatu yang baru dan asing ditelinga saya, apalagi masyarakat disekitar kampung saya. Mungkin maksud admin kompasiana kado lebaran itu adalah hadiah lebaran yang berupa barang atau uang. Nah kalau soal uang lain lagi istilahnya. Kami menyebutnya THR (Tunai Hari Raya) yang biasanya didapatkan dan diberikan kepada anak-anak kecil yang puasanya full selama ramadhan.
Berbicara tentang kado lebaran, kita pasti mulai bertanya-tanya didalam hati, kira-kira kado atau hadiah yang cocok untuk diberikan kepada si A, Si B, Si C pada saat lebaran apa sih? Belinya dimana, harganya berapa, kualitasnya cocok apa gak dan segala tetek bengek pertimbangan yang lain.
Menyangkut perihal tersebut, saya memiliki pengalaman yang cukup menarik mengenai sengkarut pro kontra membeli kado lebaran harus offline ataukah online. Sejujurnya membeli kado lebaran dengan cara online atau offline bukanlah sebuah masalah yang cukup sengit untuk diperdebatkan.
Yang penting dari itu semua adalah membelinya harus dengan hati yang ikhlas, uangnya cukup dan ada; maksud saya jangan sampai ngutang hanya untuk membeli kado Serta yang paling terpenting adalah barang yang dibeli sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh orang yang akan kita beri kado. Perkara sederhana, sambil tutup mata pun bisa Hiyaaa hiya hiya
Barang-barang yang dijual online maupun offline tentu sama saja kan. Maksudnya sama bagus dan kualitasnya. Hanya saja ada keuntungan dan kekurangan jika kita membeli offline maupun online. Dari kampung saya, yang sinyal telpon seluler saja kadang sering-sering hilang ditelan angin, belanjanya harus serba offline. Harus datang langsung ke tempat si penjual untuk memastikan kualitas dan kuantitas sesuai dengan kebutuhan.
Namun jika teman-teman yang mungkin didaerahnya terfasilitasi dengan jaringan intenet tak ada salahnya jika ingin berbelanja secara online. Bahkan jika Anda yang berada di Aceh ingin membelikan Baju koteka khas Papua sebagai kado lebaran untuk saudara yang tinggal di Kalimantan pun bisa. Modal jempol, barang diantar dan tinggal tunggu sang kurir berdiri manis mengetuk pintu , barang langsung ditangan.
Tetapi sebagai manusia yang memiliki perilaku konsumtif tinggi, saya lebih menyukai berbelanja offline. Mengapa? Karena ketika berbelanja secara offline alias luring, ada komunikasi akrab yang terjadi antara pedagang dan pembeli. Komunikasi interaktif ini adalah biang keladi harga barang yang semula tinggi menjadi turun, yang semula tak ada diskon bisa-bisa langsung diskon, yang tadinya beli satu malah dapat dua. Dan semua itu benar terjadi serta masih menjadi misteri didunia perdagangan kita.
Sensasi belanja kado lebaran dengan offline daripada online juga berbeda. Jika tidak percaya, ajak saja ibumu kepasar atau ke toko untuk belanja. Ibu sebagai Maestro nya pembeli tentu sangat apik dan lincah ketika berbelanja. Mereka sangat detail, sungguh-sungguh detail. Tak ada satupun yang terlewatkan dari mereka.
Selain itu aktor yang paling memainkan peran penting dalam menyiapkan hadiah atau kado lebaran sebelum lebaran tiba adalah ibu.
Sewaktu kecil, teman-teman saya yang berpuasa mengaku bahwa ibu akan membelikan ini. . . membelikan itu . . . jika puasanya full. Wah-wah, jadilah mereka semakin semangat berpuasa hingga puasanya full dan sukses menuju hari terakhir puasa.