Ramadan Tiba-Ramadan Tiba...
Benar bila banyak yang mengatakan bahwa Ramadan kali ini berbeda dengan Ramadan tahun sebelumnya. Pun saya juga demikian. Ramadannya tak berubah tapi suasannya yang berbeda dengan yang sudah-sudah. Walaupun saya seorang umat kristiani, ramadan juga memiliki hikmah tersendiri bagi kami-kami ini.
Hikmah yang biasanya saya dapatkan ketika Ramadan ialah timbulnya rasa toleransi antar umat beragama dan tingginya rasa empati untuk saling berbagi tawa dan canda selama puasa itu dijalankan. Sesekali saya juga ikut berpuasa bersama teman-teman saya disekitar rumah.
Yah, sejak kecil saya selalu menyempatkan untuk ikut sahur dan berbuka bersama teman-teman dan tetangga kami yang sedang beribadah puasa. Namun, siapa sangka kali ini kita harus merayakan Ramadan ditengah wabah corona? Sebagian orang yang menganggap dirinya waras atau setengah waras mungkin menganggap ini adalah segenap pasukan tentara Allah. Yah kita iyakan saja. Namun pastinya itu semua tak bisa membuat suasana ramadan kita seperti sedia kala sebelumnya.
Biasanya ramadan itu ramai dan meriah. Anak-anak bangun subuh kemudian keliling kampung untuk membangunkan warga agar tidak telat sahur. Subuhnya ngabuburit bersama dijalan-jalan atau ke taman dekat rumah sesekali bertukar senyum dengan bunga-bunga desa walau hanya sesumbar. Huss jangan suudzon, tujuannya untuk mempererat silahturahmi.
Pada pukul sepuluh menjelang tengah hari, itulah titik krisis yang mana dahaga kerongkongan dan cacing dalam perut saling berlomba memainkan nada minor pertanda mereka butuh asupan gizi seperti biasanya. Namun karena sedang berpuasa mereka pun harus bertahan hidup dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia seperti cairan asam lambung misalnya.
Itulah ciri-ciri puasa yang biasanya kurindukan bersama dengan teman-teman sekampung. Suasannya selalu ramai dihiasi dengan geliat canda dan tawa yang apa adanya tanpa kepalsuan.
Saya kemudian menjadi sedih ketika moment-moment spesial itu harus terenggut karena wabah virus corona. Tak adalagi ngabuburit, tak adalagi Sahur On The Road, Tak bisa lagi bermain gaplek sampai subuh dan tak ada lagi aktivitas tarung sarung seusai sholat tarawih.
Semua itu sangat kurindukan. Masa-masa itu akan sulit untuk dilupakan. Yah itulah sebagian romantisme yang selalu kudapatkan ketika Ramadan bersama kawan-kawan.
"Geliat memori itu akan selalu kukenang. Khususnya kepada teman-teman kecilku yang saat ini sedang berada entah dimana. Semoga mereka tetap tersenyum ketika sedang beribadah puasa".