Lihat ke Halaman Asli

Fergusoo

Wiraswasta

Maaf Pak Jokowi, Izinkan Ahok Tetap Memimpin Pertamina

Diperbarui: 12 Maret 2020   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi foto (detiknews.com)

Badai isu nama Ahok dijadikan sebagai calon Kepala Badan Otorita berhembus kuat dilini masa. Saya bangga sekaligus panik.


Bangga karena karir Pak Ahok semakin melesat dan panik karena ini adalah aroma politik yang bisa menciptakan berbagai macam multitafsir  dan akan mengarah pada karir Pak Ahok sendiri.

Ibarat seorang Sahabat, ia tak akan menjerumuskan sahabatnya dalam kubangan kekelaman apalagi sel penjara seperti yang sudah pernah dialami pria kelahiran Belitung Timur ini.

Namun ada satu hal yang mesti digarisbawahi bahwasannya dalam politik, semua bisa terjadi. Tak ada kawan atau lawan yang abadi, begitu kata pujangga coba mengungkapkannya.

Berita keterpilihan Ahok menjadi Kepala Badan Otorita sangat mencuri perhatian massa. Salah satunya kubu sebelah, yang seperti cacing kepanasan jika melihat Ahok tampil lagi dipanggung pemerintahan ini.

Dari sekian nama mencuat beberapa nama lain yang sama kuatnya. Namun tentu saja kita tahu bahwa kedekatan Ahok dan Jokowi semenjak memimpin DKI, bukanlah hal mustahil jika nama yang  akan jatuh dan ditunjuk secara  langsung oleh presiden bisa saja Pak Ahok itu sendiri. Ada kedekatan dan kesepahaman dalam mengelola pemerintah. Itulah kira-kira cara untuk mengelaborasikan dua pemimpin nasional ini.

Bukan maksud menyepelekan pentingnya proses pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Namun api semangat reformasi birokrasi dan transparansi di perusahaan BUMN  terbesar ini jangan sampai terlalu cepat untuk padam.

Lalu mengapa Ahok harus ikut-ikutan terseret sebagai kandididat Kepala Badan Otorita? Bukankah pemerintah saat ini melalui Kementerian BUMN sedang fokus-fokusnya membangun dan mengelola Migas dengan lebih baik lagi? Bukankah BUMN juga katanya sedang melawan musuh terbesar di Pertamina, yaitu Mafia Migas?

Bukankah Bapak sendiri (Pak Jokowi) yang berkoar-koar berpidato untuk memerangi mereka? Atau itu hanya sekedar suara di panggung sandiwara saja?

Saya melihatnya dari isu yang berbeda. Pertama, boleh jadi Ahok dianggap orang hang paling cocok dan sesuai dengan visi kepemimpinan yang dibutuhkan oleh Presiden dan yang kedua adalah boleh jadi ini langkah yang halus dan lembut agar Ahok cepat-cepat pindah dari Pertamina. Apa karena pesanan mafia migas?

Jika sekiranya boleh, izinkan saya bertanya kepada para pembaca: manakah yang lebih urgent jika Ahok memimpin di Pertamina atau Menjadi Kepala Badan Otorita?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline