Pemerintah berencana menyewa influencer asing untuk meningkatkan dan memperbaiki citra Indonesia dimata dunia. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah siap menggelontorkan dana hingga 72 M untuk mereka. Dana tersebut merupakan insentif berbentuk potongan atau diskon tiket pesawat ke 10 destinasi yang ditetapkan pemerintah.
Mengutip laman detik.com, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan "para influencer asing ini nantinya akan menerima diskon tiket pesawat sebesar US$ 50 per orang atau setara Rp 700.000 (kurs Rp 14.000)".
Sangat fantastis nilai dari strategi pemerontah tersbut. Namun pertanyaannya sudah perlulah kita menyrwa influencer asing untuk memperbaiki citra Indonesia? Apakah citra Indonesia selama ini tidak baik dimata dunia?
Sebelum membahas itu, melihat latar belakanag dari masalah ini ada dua. Diantara ialah dengan merebaknya virus corona, berimbas pada menurunnya kunjungan wisman (wisatawan mancangera) ke Indonesia. Akhirnya angka kunjungan wisman beberapa pekan ini menurun. Hal tersebut tentunya berimbas pada sektor ekonomi parawisata kita.
Hal yang ke dua adalah untuk memajukan Indutrsi pariwisata. Tidak hanya Pulau Bali, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berupaya untuk mempromosikan destinasi-destinasi wisata unggulan Indonesia yang saat ini sedang digarap dan dikembangkan secara serius diantaranya, Danau Toba, Labuan Bajo dan Mandalika.
Demi mengawal terobosan ini, langkah dan upaya ditempuh untuk mengurai setiap hambatan yang mungkin terjadi. Hemat saya, dengan menghadirkan startegi seperti ini maka akan memberikan pandangan politik yang berbeda.
Mengapa influencer asing?
Kita tahu bersama bahwa sasaran promosi wisata Indonesia adalah wisman. Sudah barang pasti kita juga harus merekrut orang-orang asing yang memiliki citra dan pengalaman dalam bidang promosi dan traveler. Mengingat bahwa, mereka yang akan direkrut punya sebidang prestasi dan sarat akan pengalaman dalam menjual destinasi-destinasi yang pernah mereka kunjungi.
Selanjutnya, dengan menjadikan mereka sebagai promotor dan influencer, maka secara otomatis tingkat keyakinan akan informasi yang disebarkan dan diberitakan akan semakin tinggi. Harapannya para wisman yang tadinya membatalkan atau menunda kunjungannya ke Indonesia bisa segera merencanakan liburannya secepat mungkin ke Indonesia.
Semakin aktif para influencer mempromosikan wisata Indonesia, maka informasi yang disebarkan juga akan semakin cepat terdistribusi. Namun tentu saja rencana ini bukan tanpa hambatan walaupun ekspektasinya sangat tinggi.
Menurut Wishnutama dalam laman tempo.co.id, timnya saat ini masih menggodog kriteria influencer yang tepat. Beberapa yang dipertimbangkan adalah seperti engagement berapa besar, viewers-nya berapa banyak, hingga platform media sosial yang digunakan apa.