Ramai penggunaan media sosial (medsos) dimasyarakat tak ubahnya hanya jadi ajang pertemuan lintas dunia maya tetapi bisa juga menjadi tempat aktivitas segala rupa. Rupa-rupa itu bermacam-macam, ada yang menjual aneka produk kosmetik dan pakaian, pamer foto dan agenda liburan, corong dakwah agama dan kegiatan sosial serta ada juga yang paling tren, yaitu menjemput rejeki melalui media sosial. Yang terakhir ini jangan ditiru yah. Hanya untuk yang berpengalaman.. Kamu jangan...
Akhir-akhir ini saya semakin resah ketika membuka media sosial. Tidak hanya karena medsos masif memproduksi hoax tapi karena ada perubahan yang signifikan pada beberapa akun yang sebenarnya dulu kontennya tidak seperti sekarang ini. Apa kalian juga ngerasa nggak guys???
Dulu sebelum masyarakat riuh seperti saat ini menjelang pencalonan pilpres, akun-akun tempat siar agama masih fokus dan lurus dijalannya, yaitu menyampaikan kebaikan dan renungan keagamaan yang menyejukan dan bikin adem. Ehh, ketika KPU resmi mengumumumkan paslon di pilpres, beberapa akun yang kontennya tentang siar agama pelan tapi pasti berubah 180 derajat menjadi tempat kampanye salah satu paslon presiden.
Tidak tanggung-tanggung, kampanye yang ditampilkan pun sangat militant dan radikal. Sampai-sampai surga dan neraka pun dibawa-bawa... mukee gillee...
Jumlah pengikut dari akun dakwah ini memang tidak tanggung-tanggung. Banyak dan menggairahkan. Rerata pengikutnya dari kalangan muda dan fanatisme akan agama yang sangat tinggi. Jadi apa saja yang ditampilkan oleh akun ini, sedikit banyak juga yang menelannya mentah-mentah sehingga ikut-ikutan jadi seperti mereka.
Yang tadinya ketika mendengar siar dakwah dari akun tesebut, saya merenung tentang amal dan dosa saya dibumi ini agar supaya kelak bersama-Nya di-janna, lah kok sekarang yang terbayang-bayang muka salah satu paslon agar saya tidak masuk neraka. Nah ini kan lucu yah?? Massa nggak pilih paslon ini, gua tiba-tiba divonis nggak masuk surga?? Sebuaah kengeriaan...
Tidak hanya sampai disitu, isi kampanye juga ternyata banyak yang hoaks. Nah ini logika adminnya pada kemana yah?? Kok hoaks dijadikan konten untuk kampanye berbasis primodial seperti ini? Apakah untuk membohongi umat atau hanya untuk menjemput rejeki di april nanti? Berjuanglah dijalan gagasan min, bukan dijalan kebohongan.
Saya sudah beberapa kali mengomentarri postingan dari beberapa akun tersebut agar konten-kontennya fokus saja ke tujuan awal penciptaannya yaitu siar dakwah dan kebaikan. Bukan malah ikut-ikutan berpolitik praktis dan sikut-sikutan seperti saat ini. Kalau sudah begini jadinya, mau ngadu ke siapa lagi? Mending un-follow dan kick saja dari dunia maya anda, kawan-kawan semua. Sungguh melelahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H