Aku melihat pagi pada disekelilingku....cerah, sejuk, hijau, damai. Bola besar yang berputar ini berjalan dengan semestinya meski ada titik - titik kecil yang merusak kesegaran biru warna air lautnya.
Aku menyaksikan pagi pada sekelilingku....matahari mulai menampakkan riangnya setelah beberapa hari muram karena jatah cuaca yang didapatkannya, memancarkan sinarnya dengan segala vitamin dan manfaat yang dimilikinya.
Aku mendengar pagi pada sekelilingku....pada burung - burung yang mulai mencari makan untuk kelangsungan regenerasinya, ayam - ayam peliharaan yang memohon belas kasihan makan pada tuannya, burung - burung dalam sangkar yang tinggal menikmati makanan yang telah tersaji nikmat dan mengeluarkan kicauan indahnya, , tapi jiwanya beku.
Aku mulai pagi ini dengan segala anugrah yang terberi, rasa yang entah bagaimana akan bisa diutarakan.
Sayangnya semua ini ada diluar diri, bagaimana aku memasukkan kedalam diriku-pun aku tak tahu. Tampak sangat jelas berada dibalik sekat tipis sekali yang tak terlihat, sekat itu sangat kuat, keras, keras sekali sampai - sampai sulit untuk ditembus. Semua itu diluar, ya, diluar. Yang didalam hanya aku sendiri bahkan cahaya tidak bisa menembus sekat itu. Sendiri, gelap, sepi, dan kering.
Aku kini kering, kekeringan oleh semua mimpi dan tujuan - tujuanku. Seperti menghilang begitu saja semua yang aku butuhkan. Masihkah aku perlu menghilangkan harga diriku juga !? karena tinggal ini yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H