Lihat ke Halaman Asli

Hari Santri Nasional, Bupati Situbondo Menjadi Inspektur Upacara

Diperbarui: 22 Oktober 2022   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bupati Situbondo Menjadi Inspektur Upacara (Upacara Hari Santri Nasional 2022)

SITUBONDO, JAWA TIMUR - Upacara memperingati Hari Santri Nasional, Bupati Situbondo, Drs H. Karna Suswandi M.M menjadi inspektur upacara bertempat di alun alun Besuki, Kabupaten Situbondo, Sabtu, (22/10/2022).

Hadir dalam kegiatan tersebut, Kasdim 0823 Situbondo Mayor Inf. Sampak, Kapolres AKBP Dr Andi Sinjaya, Sekdakab Wawan Setiawan, Kepala Rutan Kelas IIB Tomi Elyus, Kasi Intel Kejari, Agus Budiyanto, Kepala Kemenag Slamet dan tamu undangan lainnya.

Sebagai peserta upacara yakni 1SST Kodim 0823 Situbondo, 1 SST POLRI, 1 SST Banser, 1 SST Pagar Nusa, 1 SST POL PP, 1 SST Damkar, 1 SST Korpri, 1 SST Fatayat NU, 1 SST Ansor, 2 SSK Santri, 2 SSK SMK, 2 SSK SMA/MA, 2 SSK SMP/MTS dan 2 SST SD/MI.

Dalam sambutannya, Bupati Situbondo yang biasa disapa Bung Karna tersebut membacakan amanat Menteri Agama RI.

 "Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan pada tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan 22 Oktober tersebut, merujuk pada tercetusnya Resolusi Jihad yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia" ucapnya dalam sambutan.

Resolusi Jihad ini, lanjut Bung Karna, kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 Nopember 1945 yang di kenal sebagai Hari Pahlawan.

"Sejak ditetapkan Hari Santri tahun 2015. Maka, kita setiap tahunnya selalu rutin menyelenggarakan peringatan Hari Santri dengan tema yang berbeda. Untuk tahun 2022 ini, peringatan Hari Santri mengangkat tema Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan," sambungnya.

Maksud tema Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan ini, kata Bung Karna, yakni, santri dalam kesejarahannya selalu terlibat aktif dalam setiap fase perjalanan Indonesia.

"Ketika Indonesia memanggil, santri tidak pernah mengatakan tidak. Santri dengan berbagai latar belakangnya siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara ini," lanjutnya.

Masih kata Bung Karna, ketika Indonesia masih dijajah, para santri turun ke medan berperang melawan penjajah. Menggunakan senjata bambu runcing yang terlebih dahulu didoakan oleh Kiai Subchi Parakan Temanggung, Jawa Tengah. Para santri tidak gentar melawan musuh yang ada dihadapannya.

 "Resolusi Jihad yang digelorakan oleh KH Hasyim Asy'ari membakar semangat santri dan pemuda-pemudi Surabaya untyuk melawan Belanda. Di Semarang, ketika pecah pertempuran lima hari di Semarang, para santri juga turut berada di garda depan perjuangan," tegasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline