Lihat ke Halaman Asli

Sony Hartono

Seorang Pria Yang Hobi Menulis

Awas Bahaya Pohon Trembesi Sebagai Tanaman Peneduh di Lingkungan Perumahan!

Diperbarui: 8 Agustus 2017   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1420795458840281161

[caption id="attachment_389669" align="aligncenter" width="518" caption="Pohon Trembesi biasa berada di perumahan elite (Kompasiana/Kevinalegion)"][/caption]

Entah karena latah dengan program pemerintah dalam hal penghijauan menggunakan pohon trembesi, atau murni inisiatif developer untuk membuat lingkungan perumahan kami cepat teduh, yang pasti artikel ini saya tulis karena ketidaksetujuan terhadap developer dalam hal menanam Pohon Trembesi di sepanjang jalan perumahan. Mengapa saya tidak setuju?

1. Trembesi merupakan fast growing species (cepat tumbuh besar). Dengan perakaran dangkal sehingga menjalar kemana-mana dan bisa merusak pondasi bangunan bahkan mengangkat badan jalan. Penanaman Trembesi yang relatif dekat dengan  sisi rumah kita jadi sangat berpotensi untuk merusak pondasi rumah.

Penanaman pohon Trembesi saat ini ternyata tidak hanya menjadi tren di lingkungan perumahan melainkan mulai dari jalan nasional, jalan provinsi, sampai dengan jalan kabupaten pun terlihat banyak ditanami Trembesi. Bahkan sebuah perusahaan rokok nasional dengan bangga menanam trembesi sepanjang puluhan kilometer di beberapa ruas jalur pantura sebagai bagian program CSR-nya.

Mereka sadar nggak ya, kalau akar trembesi itu sangat kuat untuk mengangkat untuk mengangkat badan jalan aspal bahkan jalan beton sekalipun? Memang sih, kalau untuk mendapatkan keteduhan dalam waktu relatif singkat 3-5 tahun, Trembesi sudah pasti juaranya, tapi apa nggak sayang tuh biaya pemeliharaan jalannya membengkak. Selain itu perawatan pohonnya dalam hal ini frekuensi pemangkasan dahan pohon akan lebih banyak karena cepatnya pertumbuhan pohon ini sehingga biaya pemeliharaan pohonnya pun relatif besar.

[caption id="attachment_373764" align="aligncenter" width="300" caption="Pohon Trembesi (Dok. Pribadi)"]

14155992041678182464

[/caption]

2. Trembesi adalah pohon yang rakus air tanah. Trembesi memang kuat dalam menyerap air hujan ataupun air tanah, bukan disimpan sebagai cadangan air tanah namun untuk memenuhi kebutuhan pohonnya sendiri dengan tajuk lebarnya yang praktis membutuhkan banyak air tanah untuk pertumbuhan dari proses fotosintesis.

Untuk perumahan-perumahan yang belum terlayani jaringan pipa PDAM tentu banyak yang mengkonsumsi air tanah dangkal dari sumur bor sehingga keberadaan Trembesi berpotensi untuk mengancam keberadaan sumber air tanah dangkal. Memang soal trembesi rakus air ini masih menimbulkan pro dan kontra, dan saya termasuk yang kontra (Baca: Pro dan Kontra Trembesi, Kompas.com 2010).

[caption id="attachment_373760" align="aligncenter" width="300" caption="Batang dan Dahan Trembesi Muda (Dok. Pribadi)"]

1415598270584708391

[/caption]

3. Trembesi mempunyai dahan yang cukup getas (mudah patah) sehingga membahayakan anak-anak kita jika bermain di bawahnya. Trembesi yang ditanam dibawah jaringan kabel listrik sangat mengganggu dan mengancam keselamatan bersama jika pertumbuhannya melebihi jaringan kabel di atasnya, karena sifatnya dahannya yang mudah patah jika terkena agin kencang akan sangat berbahaya jika sampai memutuskan kabel listrik.

4.Trembesi termasuk tumbuhan yang agresif dan invasif sehingga menghambat pertumbuhan spesies lain di bawah atau di dekatnya. Terlebih jika kita ingin menanam tumbuhan buah-buahan atau hortikultura di sekitar rumah kita pasti pertumbuhannya akan terhambat jika ada Trembesi di dekatnya. 

Ingat, Trembesi bukan spesies asli Indonesia, spesies berpredikat ''impor'' biasanya merupakan tanaman yang invasif seperti akasia berduri (Acacia nilotica) yang menjadi gulma yang mengancam Kehidupan Banteng Liar di Taman Nasional Baluran yang sejatinya didatangkan dari Australia untuk meminimalisir kebakaran savana.

Perlu kita ketahui, Trembesi dulu digunakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk menghijaukan taman-taman luas (seperti di Istana Merdeka) ataupun Tempat Pelelangan Kayu (TPK) agar kayu gelondongan hasil tebangan yang diletakkan di bawah Pohon Trembesi tidak retak terpapar panas matahari. Namun di jalan-jalan utama misalnya Jalan Daendels (Pantura) mereka lebih memilih menggunakan Pohon Kenari ataupun Asam Jawa yang memang mempunyai perakaran dalam dengan tajuk yang tidak terlalu lebar namun cukup memberi keteduhan tanpa merusak badan jalan.

Trembesi yang cepat tumbuh dan besar dalam waktu relatif singkat memang efektif memberikan keteduhan dan mempengaruhi iklim mikro daerah sekitarnya menjadi lebih sejuk. Trembesi juga pohon yang terbukti menyerap CO2 dalam jumlah besar, namun keberadaannya lebih tepat jika ditanam sebagai penghijauan hutan kota, taman, atau lahan terbuka yang relatif luas.

Namun perlu diingat, trembesi tidak boleh ditanam secara masif pada suatu lahan terbuka kritis semata-mata biar cepat 'hijau', karena sifatnya yang rakus air berpotensi mengganggu ketersediaan air tanah dangkal bagi masyarakat di sekitarnya. Lebih baik menggunakan aneka jenis tanaman bambu untuk lahan terbuka kritis, selain sama-sama merupakan spesies yang cepat tumbuh, bambu merupakan tanaman yang terbukti efektif untuk menjaga ketersediaan air tanah (konservasi air tanah).

[caption id="attachment_373761" align="aligncenter" width="300" caption="Akar Trembesi yang muncul di permukaan tanah (Dok. Pribadi)"]

14155983441503197266

[/caption]

Keinginan pihak developer untuk menghijaukan perumahan kami dan membuatnya nyaman serta teduh memang patut diapresiasi, namun seyogyanya memilih pohon yang tepat perlu dilakukan, tidak semata-mata ingin cara yang relatif instan untuk mendapatkan keteduhan melalui penanaman Trembesi ini.

Pemilihan Pohon Tanjung oleh developer perumahan kami untuk penghijauan lingkungan sebelum memakai Trembesi, sebenarnya sudah merupakan langkah yang tepat. Memang Tanjung tidak dapat memberikan keteduhan secara cepat, namun setidaknya perakarannya cukup dalam, tidak rakus air, dan tajuknya tidak selebar trembesi dengan dahan yang kuat.

Referensi:

Pro dan Kontra Trembesi, Tanggal Akses 10-11-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline