Lihat ke Halaman Asli

Ari Sony

TERVERIFIKASI

Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Anak Zaman Dulu Pasti Setuju Jika Puasanya Lebih Berkesan

Diperbarui: 2 April 2023   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ramadhan. (Dok. Shutterstock/via KOMPAS.COM)

Terkadang suka senyum-senyum sendiri jika teringat dengan nostalgia masa kecil di bulan Ramadhan dulu. Anak-anak era 2000-an ke bawah pasti sepakat, jika suasana puasa di masa kecil dulu lebih berkesan, dibandingkan dengan anak zaman sekarang.

Kemajuan zaman ternyata berimbas, pada suasana puasa yang dirasakan oleh anak-anak saat ini. Menjamurnya sepeda motor dan penggunaan HP / Smartphone oleh anak-anak, menjadi faktor pembeda perubahan suasana tersebut.

Anak-anak sekarang lebih suka menunggu waktu berbuka puasa dengan melakukan aktivitas "ngabuburit" mainan HP atau cari angin dengan naik sepeda motor di area keramaian, seperti alun-alun, taman kota dan ruas jalan baru yang lalu lintasnya tidak padat (biasanya lihat track-trackan motor).

Sehingga suasana ibadah puasa seperti zaman kecil dulu sepertinya susah terwujud, karena era dan zamannya juga telah jauh berubah.

Setiap daerah pasti punya cara atau tradisi tersendiri dalam menyambut dan menjalankan ibadah puasa. Begitu juga dalam hal memakmurkan masjid atau mushola, setiap takmir pasti sudah punya daftar kegiatan selama sebulan penuh di bulan suci Ramadhan.

Salah satunya dengan melibatkan anak-anak dalam kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), setiap sore hari menjelang berbuka puasa. Hal ini bertujuan, agar anak-anak ada kegiatan positif menjelang berbuka puasa. Sehingga "ngabuburitnya" penuh dengan pahala.

Menengok lagi jauh ke belakang, dimana suasana puasa pada zaman dulu terasa lebih guyub dan gayeng.

Diawali dengan "padusan", untuk menyambut datangnya bulan puasa 1 Ramadhan. Zaman dulu ikut padusan dengan motoran bareng-bareng (saat ini sudah jadi motor tua atau motor sejarah), atau nyewa mobil pick-up agar semua bisa ikut "padusan".

Kemudian di malam harinya, mulai berbondong-bondong menjalankan ibadah shalat tarawih. Suara lantang nan keras ketika mengucapkan "Aamiin"' dan ketika menjawab bilal dalam shalat tarawih, menjadi sebuah pemandangan umum yang terjadi di Masjid atau Mushola zaman dulu.

Dalam momen ini, semua bersemangat bahkan ada anak-anak yang sampai berteriak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline