Momen memeriahkan hari kemerdekaan RI ke-76 tahun 2021 terasa hambar dan sepi. Pandemi covid-19 yang telah hampir dua tahun melanda Indonesia dan seluruh dunia, merenggut kebahagiaan semua orang. Tak hanya melulu masalah ekonomi, kehidupan normal yang sudah biasa dirasakan hilang begitu saja sejak virus covid-19 merajalela.
Tak terkecuali momen sakral perayaan hari kemerdekaan RI ke-76, yang berbarengan dengan adanya PPKM Darurat Level 3 dan Level 4. Membatasi ruang gerak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam perayaan momen kemerdekaan RI.
Tak pernah ikut mengangkat senjata untuk melawan penjajah, atau tak pernah ikut berjuang demi meraih kemerdekaan atau mungkin tak pernah berjuang melawan sekutu dan Belanda dalam mempertahankan kemerdekaan.
Tapi yang ku tahu, perjuangan para pahlawan sangat berat di masa lalu, demi memberikan kemerdekaan agar anak, cucu, cicit, dan canggah bisa hidup nyaman di saat sekarang.
Sehingga wajar, apabila momen 17-an setiap tahunnya berjalan meriah dan heboh (sebelum ada pandemi covid-19). Ini semua dilakukan oleh para penerus bangsa demi mengenang dan menghormati jasa para pahlawan.
Banyak sekali momen acara atau kegiatan 17-an yang biasanya diadakan oleh karang taruna, pengurus RT/RW, bahkan ibu-ibu PKK. Acara-acara yang biasanya ada dalam perayaan hari kemerdekaan RI, diantaraya: Malam Tirakatan, Perlombaan-perlombaan, menghias dan mempercantik lingkungan, dll.
Acara-acara tersebut dipastikan tidak ada, kecuali menghias dan mempercantik lingkungan. Namun, kegiatan tersebut juga bisa terselenggara jika ada panitia yang berani nekad untuk mengadakan Malam tirakatan atau perlombaan. Himbauan dari pemerintah selama PPKM sangat jelas, hindari kerumunan dan kegiatan yang beresiko menambah penularan virus covid-19.
Salah satu upaya untuk menanamkan semangat pada anak-anak, tentang arti kemerdekaan dan perjuangan para pahlawan adalah dengan mengajak mereka mengikuti perlombaan. Salah satu yang saya lakukan dengan keluarga adalah mengadakan lomba 17-an dirumah saja, mengikuti anjuran pemerintah. Lomba yang kami lakukan dirumah, yaitu lomba sumpit-karet dan makan kerupuk.
Harusnya bukan sumpit-karet, tetapi sedotan-karet, karena sedotannya gak punya maka sumpit pun jadi. Aturan main sangat sederhana, karet kita taruh di atas kursi dan nanti diambil pakai sumpit. Sumpit yang kita gigit di mulut, harus bisa mengambil karet dan memindahkan ke kursi di seberangnya. Dan diberi durasi waktu tiga menit, pemenang ditentukan berdasarkan jumlah karet yang berhasil dipindahkan.
Alamak!!! Ternyata susah juga perlombaan ini, hasil akhir lomba dimenangi oleh anak tercinta. Saya dan istri kalah. Hadiah pun telah kita siapkan buat anak tercinta, agar anak tidak kehilangan momen sakral 17-an yang hadirnya satu tahun sekali.