Lihat ke Halaman Asli

Kurikulum Merdeka Belajar, Bagaimana dengan Kami di Desa Terpencil?

Diperbarui: 3 Maret 2023   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka Belajar ( Sonya Leoni Selan)

Tiada hari kita lalui tanpa mendengar begitu banyak seruan mengenai pentingnya pendidikan untuk kemajuan bangsa dan negara.

Beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19 menimpa indonesia di awal 2020, Jargon Revolusi Industri 4.0 di gaunakan tanpa genti di media dan para politis yang ingin melihat progref yang tak kunjung berhenti.

Pentingnya revolusi ini segera diimplementasikan dalam semua lini kebijakan negara, termaksud di sektor pendidikan. Mengapa demikian? Menurut saya mungkin karena agar tidak kalah bersaing dan demi masa depan bangsa indonesia, begitulah kira-kira slogisnya.

Dengan terpilih pemeritahan yang baru, maka mereka menginisiasi stratup yang menawarkan oembaharuan, mereka juga membawa konsepsi baru tentang arah pendidikan bangsa kita, yang dinamakan 'Merdeka Belajar' dan jika di telusuri lebih lanjut mungkin efektifitasnya belum terasa sampai sekarang.

Definisi merdeka sendiri yaitu hanya mendaur ulang logika lama pendidikan yang hanya mendekatkan diri pada logika pasar.Saya secara pribadi tidak ingin mengecilkan pentingnya aspek paradigmatis dari pendidikan.

Kurikulum merdeka belajar menekankan pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Anak-anak dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin mereka pelajari sesuai dengan bakat dan minatnya.

Menurut saya kurikulum ini menempatkan sumber belajar itu tidak terbatas pada guru,buku tetapi juga pembelajaran tentang kehidupan yang lebih luas.

Implementasi merdeka belajar yang di buat oleh pemerintah, hanya akan berjalan efektif bagi anak-anak di yang berada di kota. Karena dengan fasilitasi yang memadai baik secara individual maupun kelompok, baik secara material dan juga Sarana SDM nya juga bagus.

Misalnya siswa belajar tentang ekonomi dengan pendekatan uitility dengan memanfaatkan pasar, para siswa bisa terjun langsung kepasar atau mensimulasikan saja.Nah, mensimulasikan  membutuhkan teknologi, sedangkang di daerah terpencil saja hampir sebagian besar belum ada listrik, jaringan dan mungkin tidak semua anak memiliki handphone.

Para guru yang menjalanjankan kurikulum merdeka belajar hanya kota-kota besar sudah mendapt bimbingan, pelatihan dan pendampingan. Juga di lengkapi sarana penunjang yaitu IT.

Nah, bagimana dengan daerah-daerah yang belum mencukupi guru-guru yang berkopeten dan sarana prasarana yang mendukung sumber belajar itu ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline