Sebenarnya saya sudah pernah mengulas masalah ini pada artikel saya sebelumnya, tetapi saya merasa perlu mengupasnya lagi di tulisan kali ini karena beberapa kali admin Kompasiana, selalu mengubah judul tulisan saya yang menggunakan kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang semu. Judul dengan kata ulang yang semula saya tulis dengan benar menggunakan huruf kapital pada masing-masing awal kata diubah menjadi huruf kecil pada kata yang kedua.
Kasus yang terbaru adalah penulisan judul puisi saya "Tangan Laba-Laba" yang diubah menjadi "Tangan Laba-laba". Jelas dan pasti bahwa penulisan judul saya menjadi keliru. Ralat yang justru membuat jadi keliru.
Baca juga: Bahasa: Masih tentang Kata Ulang Berubah Beraturan
Sebelum mengupas ulang cara penulisan judul ini, saya telah menyelusuri setiap jengkal situs yang membahas tentang masalah ini dan tidak ada yang bisa mendukung cara-cara admin Kompasiana dalam 'mengoreksi ' cara penulisan kata ulang pada judul yang sudah benar sehingga menjadi salah.
Saya juga menemukan semua judul tulisan di Kompasiana yang menggunakan kata ulang murni atau semu ditulis secara keliru, entah akibat 'ralat' yang membuat jadi keliru atau dari penulisnya memang sudah keliru cara penulisannya. Tetapi apabila pembaca atau para kompasianer berkenan mencermati semua judul tulisan saya akan menemukan penulisan yang benar, karena setiap kali 'diralat" oleh admin selalu saya kembalikan ke penulisan yang benar, dan dalam hal ini saya tidak perlu meminta maaf.
Baca juga: Penulisan Kata Ulang yang Benar pada Judul Karya Tulis
Terkadang, kita menggunakan kata ulang pada judul yang akan kita tuliskan. Untuk mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang tersebut. Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata karena sifatnya yang bisa dibilang tidak mengalami perubahan apapun. Seperti contoh-contoh berikut:
- Cara Menyembelih Biri-Biri di Hari Raya Kurban
- Kehidupan Si Kupu-Kupu Malam
- Sayap-Sayap Patah
- Kecil-Kecil Jadi Pengantin
Sedangkan bentuk kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang dwipurwa, dan kata ulang perubahan - semua yang sederhananya sudah mengalami perubahan bentuk - hanya ditulis kapital pada huruf pertama kata ulang. Perhatikan pada judul-judul berikut ini:
- Kapoltabes Surakarta: Gerak-gerik Ibu Korban Mencurigakan
- Berjalan-jalan di Kota Solo
- Cerai-berai Negeriku
Baca juga: Kata Ulang Berubah Beraturan
Demikian ulasan kecil ini semoga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi admin Kompasiana khususnya dalam 'meralat' dan bagi siapa pun yang berkecimpung dalam dunia tulis menulis. Tulisan yang disajikan dengan kaidah penulisan yang benar tentu akan menambah kualitas tulisan kita.
***
Solo, Rabu, 13 Februari 2019. 12:59
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko