Lihat ke Halaman Asli

Labuan Bajo Sang Pemikat Hati

Diperbarui: 7 Oktober 2015   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Persawahan unik di Flores"][/caption]Pertengahan Juni 2015 yang lalu saya berkesempatan melakukan perjalanan ke Flores. Sebenarnya tujuan saya adalah kota Ruteng di Kabupaten Manggarai untuk perjalanan dinas. Tapi berhubung tugasnya singkat, jadi saya merencanakan perjalanan wisata sendiri setelah tugas saya di Ruteng selesai. Saya berangkat dari Jakarta menuju Kupang pada Rabu malam, lalu menginap semalam di Kupang, karena penerbangan ke Ruteng sedikit sekali, setahu saya hanya sekali penerbangan sehari di pagi hari dari Kupang. Sebenarnya saya ingin sekali berkeliling lagi di kota Kupang, namun karena saya tiba sudah pukul 10 malam, jadi saya segera menuju hotel yang tak jauh dari bandara. Keesokan paginya saya menumpang penerbangan pukul 6 menuju Ruteng. dan tiba di Ruteng sekitar pukul 7.

Sebelum pesawat mendarat, saya sudah melihat pemandangan pulau Flores dari atas yang membuat saya terkagum-kagum. Apalagi saya sempat menikmati pemandangan matahari terbit dari dalam pesawat, cantik sekali! Saya juga tidak melewatkan pemandangan areal persawahan khas Flores yang bentuknya menyerupai jaring laba-laba.

Begitu saya mendarat di Bandara Frans Sales Lega di Ruteng, saya makin terpesona lagi dengan Flores. Kota Ruteng ini berada di dataran tinggi yang dikelilingi perbukitan, jadi bisa dibayangkan betapa sejuknya udara di sana. Dan pemandangan di sekitar bandara sungguh memukau saya. Saya seakan tidak percaya kalau saya sudah menginjakkan kaki di Pulau Flores.

Dari pagi hingga siang hari itu saya berkeliling kota Ruteng untuk menjalankan tugas saya di sana. Sepanjang perjalanan, seperti biasanya yang saya lakukan ketika tiba di kota yang baru, saya tak hentinya melihat pemandangan lewat jendela mobil, tapi kali itu saya benar-benar senang menikmati suasana kota Ruteng yang tak hanya sejuk dan indah, tapi juga tenang sekali. Ruteng memang kota kecil yang didesain sebagai kota pelajar, jadi banyak pelajar dari Flores yang menuntut ilmu di sana, dan banyak tersedia sekolah menengah kejuruan di sana.

Pukul 3 sore saya meninggalkan Ruteng menuju Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat. Saya menumpang travel mini bus dan menempuh perjalanan selama 5 jam. Sebenarnya waktu ini bisa hanya 4 jam, cuma jalur lintas Flores yang dilalui sedang dalam proses konstruksi di banyak lokasi untuk pelebaran jalan selama perjalanan, sehingga kendaraan yang melintas harus melambat. Tapi tak menjadi soal buat saya ketika itu, karena mini bus yang saya tumpangi itu nyaman sekali dan yang pasti pemandangan yang saya lihat sepanjang perjalanan itu sangat indah, begitu indahnya, sampai saya berusaha agar tidak tertidur sepanjang perjalanan walaupun saya merasa mengantuk sekali! Begitu tiba di Labuan Bajo saya minta kepada supir minibus untuk mengantar saya langsung ke hotel, karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Karena saya sendirian, dan tidak ada seorang pun yang saya kenal, jadi malam itu saya memutuskan untuk makan malam di hotel saja. Padahal awalnya jika bisa tiba lebih awal, saya ingin berkeliling untuk menikmati pemandangan matahari terbenam.

Sebelum berangkat ke Labuan Bajo, saya sudah mendapatkan kontak tour guide lokal dari teman saya yang pernah magang di Pulau Rinca. Dan saya cukup beruntung bisa mendapatkan tur harian yang saya minta secara mendadak dari guide saya tersebut. Keesokan paginya guide saya, yang bernama Kallys, sudah menjemput saya di hotel pukul 7.30. Dari hotel kami menuju pelabuhan yang tidak jauh dari hotel, hanya 5 menit perjalanan dengan motor. Di salah satu jalan yang posisinya cukup tinggi, tapi sudah dekat dengan pelabuhan, saya sudah bisa melihat laut yang biru. Lagi-lagi saya melihat kagum, karena pelabuhan itu adalah pelabuhan utama di sisi barat Pulau Flores, tapi bersih dan indah sekali.

Di pelabuhan saya segera masuk ke sebuah kapal kecil yang sedang bersandar, di dalam kapal sudah ada 2 orang turis asing. Mereka segera menyapa saya ramah, dan kami langsung berkenalan, mereka berasal dari Portugal. Tak lama, ada 4 orang wanita asing memasuki kapal kami. Kami berkenalan lagi satu sama lain, mereka ini berasal dari Austria. Setelah berbicara singkat, ternyata mereka semua juga mencari tour harian di sana, dan karena itulah kami bertemu dalam satu kapal yang disediakan untuk orang-orang seperti kami.

Jadi destinasi wisata utama di Labuan Bajo ini terletak di beberapa pulau kecil yang terpisah cukup jauh dari Pulau Flores. Sehingga banyak paket wisata di Labuan Bajo yang menyediakan paket living on board agar menghemat waktu tempuh dari pelabuhan ke pulau tujuan, sekaligus menghemat biaya wisata, jadi wisatawan menginap di kapal. Ukuran kapal untuk paket wisata itu lebih besar, karena sekaligus berfungsi sebagai hotel yang rata-rata bisa menampung hingga lebih dari 10 wisatawan. Nah, orang seperti saya, yang tidak suka tidur di kapal laut, cenderung memilih paket wisata harian dengan kapal kecil, yang berangkat pada pagi hari ke pulau tujuan dan kembali lagi di sore hari.

[caption caption="Kapal untuk living on board"]

[/caption]

Hari itu tujuan kami adalah Pulau Rinca. Nah, salah satu tujuan utama wisatawan ke Labuan Bajo adalah untuk melihat komodo, si binatang langka yang berada di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Pulau Komodo itu jaraknya lebih jauh dari pelabuhan, dan lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan yang living on board. Makanya hari itu penyedia tour kami membawa kami ke Pulau Rinca. Sebenarnya isi kedua pulau ini sama saja, tetapi di Pulau Komodo ada tambahan pantai berpasir warna merah muda yang juga wajib dikunjungi, lalu pemandangan bawah laut di sekitar Pulau Komodo juga lebih bagus, kemudian tak jauh dari Pulau Komodo ada Gili Lawa dan Pulau Padar yang pemandangan dari bukitnya cantik sekali. Cuma biaya ke sana lebih mahal untuk tour harian, dan cukup riskan untuk didatangi dengan kapal kecil karena ombaknya lebih besar.

Dari pelabuhan membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk menuju Pulau Rinca. Ketika tiba di sana, kami disambut oleh para ranger, yaitu sebutan untuk guide khusus di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Para ranger ini dilatih khusus untuk memandu para wisatawan selama di kedua pulau itu. Ketika kami mendapatkan ranger, kami langsung berkenalan. Dan ada kejadian lucu saat itu. Karena saya datang bersama 6 turis asing, dan kami berbicara dalam bahasa Inggris, dan saya sendiri menggunakan kacamata hitam ketika itu, seperti mereka, si ranger pun bertanya dalam bahasa Inggris kepada saya, dan dia kaget ketika saya menjawab dengan bahasa Indonesia dan logat Indonesia yang jelas. Ternyata dia mengira saya juga turis asing, katanya karena kulit saya cukup cerah, lalu saya tampak akrab berbincang dengan mereka dan berkacamata hitam seperti mereka. Hahahaha...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline