Lihat ke Halaman Asli

Sonta Frisca Manalu

I'm falling in love

Mudik Lebih Cepat dengan Tol Cipali

Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sepetik percakapan dua orang setelah mudik lebaran.

“Bagaimana lebaran di kampung halaman. Menyenangkan tidak?”

“Wah.... bagaimana bisa asyik, wong aku Lebarannya di jalanan.”

“Lho kok bisa?”

“Jalannya macet total. Pantat sampai panas. Kampung nga kelihatan-kelihatan. Kapok aku.”

“Jadi, tahun depan sampeyan nga pulang kampung lagi gitu?”

Orang tersebut terdiam, bingung mau jawab apa. Dia memang kapok, tetapi dia tidak pernah jera untuk kembali ikut serta dalam mobilisasi massal ke udik bersama jutaan orang lainnya. Buktinya, menurut survei, meskipun banyak orang kapok mudik, pada kenyataannnya jumlah pemudik dari tahun ke tahun terus meningkat.

Siap Mudik = Siap Macet

Tradisi mudik yang sudah dilakukan sejak zaman kerajaan Majapahit ini tidak bisa dilepaskan dari tradisi macet dari tahun ke tahun. Jika siap mudik, berarti siap menerima kemacetan. Ini merupakan dua kondisi yang tidak dapat dipisahkan.

Ini berlaku khusus untuk para pemudik yang menggunakan alat transportasi darat, bus dan mobil pribadi. Bagaimana tidak? Jalan yang cuma segitu-gitunya dipenuhi mobil yang melebihi kapasitas daya tampung. Kemacetan semakin diperparah dengan adanya titik-titik pasar tumpah di banyak tempat.

Namun dengan kepasrahan tingkat tinggi para pemudik setiap tahunnya masih saja memenuhi jalan untuk menjalin tali silaturahmi. Bertemu serta melepas rindu dengan orang-orang tercinta di suatu hari yang fitri. Mestki kapok, tapi tak pernah jera untuk selalu bertemu dengan orang-orang terkasih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline