Lihat ke Halaman Asli

Soni Indrayana

Novelis dan penulis buku "Kitab Kontemplasi"

Buyar di Urubamba

Diperbarui: 7 November 2021   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lembah keramat di Urubamba ini benar-benar menghipnotis Res. Kibaran angin yang menghantam puffer jacket warna merah muda yang dikenakannya mengundang syahdu bertamu di relung hati. Ia mendongak ke atas tebing, melihat kapsul-kapsul berwarna abu-abu, tempat yang dijanjikan oleh Yan, lelaki yang baru saja menikahinya beberapa waktu lalu.

"Aku takut," ucap Res bersungut manja.

"Kenapa mesti takut? Ada aku, kok," ucap Yan ramah.

Res hanya merengut. Kepalanya ia tundukkan tapi matanya menatap Yan dengan tatapan manja penuh harap. Res tidak mau ada di sana, ia suka pemandangan lembah di Urubamba ini, namun ia tidak senang saat harus menaiki tebing dengan via ferrata. Seumur hidup, ia bahkan tidak pernah panjat tebing, apalagi ini.

"Pikirkan kenikmatan yang akan kita lakukan bersama di sana," ucap Yan. Ujung jari telunjuknya menunjuk penginapan kapsul yang tergantung di tebing, lebih 300 meter di atas mereka.

"Iya, tapi kan," ucap Res manja.

"Pakai pengamannya dengan benar, kamu bisa kok!" Yan mencoba menyemangati dengan memegang tangan Res.

Natalia, guide yang bertugas mengawal Yan dan Res memasangkan pengaman kepada mereka. Dengan ramah, ia menjelaskan prosedur dan standar keamanan dari perjalanan ini.

 "Don't be afraid, you both will enjoy this moment. It's unforgotable guys!" ucapnya dengan penuh semangat.

Wajah Res masih menampakkan kecemasan saat menaiki satu demi satu via ferrata. Tenaganya cukup terkuras karena dirinya yang memang tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik yang berat. Yan? Sama saja.

-----

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline