Kesepakatan antara pemerintah dan PT. Freeport Indonesia yang belum menemui titik temuh sampai sejauh ini menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap jalannya aktifitas pelayanan masyarakat asli papua oleh LPMAK yaitu lembaga yang mengelolah dana 1% PT. Freeport Indonesia. Dari sekian banyaknya dampak yang ditimbulkan, penulis akan fokus pada bidang pendidikan.
PTFI melalui LPMAK adalah penyedia dana operasional untuk beberapa sekolah di Timika. Sekolah-sekolah ini dikhususkan bagi masyarakat asli papua. Umumnya sekolah yang didirikan LPMAK adalah sekolah berasrama yang dirancang untuk membantu putra-putri asli papua. Sekolah berasrama adalah model yang sangat tepat untuk membantu putra-putri asli papua untuk mengenyam pendidikan, mengingat tempat tinggal mereka tersebar jauh di pegunungan yang masih sangat terbatas dengan fasilitas, ataupun pesisir pantai yang belum terjangkau dan masih kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan. PTFI melalui LPMAK sudah memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan putra-putri asli papua yang tinggal disekitar Tembagapura dan Timika.
Dengan belum ditemukannya titik terang kesepakatan antara pemerintah dan PTFI, program pendidikan yang selama ini didanai oleh PTFI melalui LPMAK mengalami kesulitan dalam pembiayaan. Masalah ini muncul karena pemotongan anggaran yang dilakukan oleh PTFI kepada LPMAK yang sangat berdampak pada proses jalannya pembelajaran di sekolah. Tentu PTFI melakukan hal ini karena kurangnya penerimaan perusahaan bahkan sempat mengalami pemberhentian produksi.
Sekolah asrama tidaklah sama dengan sekolah pada umumnya yang membutuhkan biaya operasional yang lebih besar. Biaya ini mencakup makanan 24 jam, pakaian, kegiatan di sekolah dan kegiatan di asrama.
Tidaklah segampang memutar balikkan tangan mengurus atau mengelolah sekolah asrama khusus putra-putri asli papua. Tidak juga semudah mengurus sekolah asrama yang ada di jawa atau sekitarnya. Membutuhkan penanganan yang ekstra untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik. Anak-anak yang berasal dari pedalaman dengan kesehariannya yang bebas di alam, jika dipindahkan ke lingkungan sekolah asrama yang mempunyai keteraturan dan disiplin membutuhkan penanganan khusus. Belum lagi dangan kendala bahasa yang tidak semua anak mengerti bahasa Indonesia pada saat anak-anak pertama kalinya menginjakkan kaki di sekolah asrama. Masalah-masalah tersebut sampai sejauh ini masih dapat diatasi dengan adanya inovasi-inovasi atau program kegiatan yang dirancang sedemikan rupa. Namun inovasi dan program yang sudah dirancang tersebut terhambat oleh adanya pengurangan biaya operasional. Jika program tidak dijalankan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi di sekolah asrama ini.
Selain berdampak pada program kegiatan, pengurangan anggaran juga berdampak pada perekrutan tenaga profesional termasuk guru dan Pembina, pengurangan karyawan, termasuk kelengkapan gizi makanan. Mendidik anak tidak cukup dengan kemauan, akan tetapi membutuhkan inovasi, keahlian khusus dan hati.
Anak TK Sekolah Asrama yang sedang belajar memasak:
Putra-putri asli papua yang sedang bermain bola.
Anak-anak yang sedang belajar.
Apakah kegiatan pembelajaran akan berhenti begitu saja saat PTFI mengalami kesulitan?
Siapa yang akan peduli dengan anak-anak ini jika PTFI mengurangi dana operasional?