Lihat ke Halaman Asli

Sonia Eka

Selenophile

Representasi Feminisme dalam Film Enola Holmes

Diperbarui: 17 Juli 2021   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tangkapan layar

  • PENDAHULUAN

Media begitu memenuhi keseharian yang tanpa disadari akan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Realitas-realitas sosial yang terjadi di dunia dapat disaksikan melalui media tanpa ada batas tempat dan waktu. Di perkembangan yang modern ini media sangat mengambil peran penting sebagai alat yang dapat menyampaikan realitas sosial dalam kehidupan secara nyata. Saat ini karya-karya seni kreatif telah menjadi konsumtif masyarakat salah satunya melalui film .

 "Saat ini banyak film yang mengangkat realitas sosial masyarakat    ke   dalam format realitas media. Sehingga dapat menimbulkan anggapan bahwa realitas yang sering digambarkan memang terjadi di masyarakat. Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang, terlebih lagi dikarenakan film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Film merupakan salah satu bentuk media massa yang umumnya bersifat menghibur. Film menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lain kepada khalayak".(Dennis Mc Quail:1996:13)

 Film merupakan salah satu media massa yang mengandung pesan moral di dalamnya itu dikarenakan film adalah gabungan dari kenyataan sosial dan pemikiran yang di;rasakan oleh seseoran dan dituangkan dalam sebuah gambar audio visual dalam bentuk cerita  (Nawairoh Vera,2014: 87). Film biasanya memberikan hiburan, informasi edukasi, dan pengetahuan. Film dapat dikelompokkan ke dalam beberapa katagori para ahli dalam bidang komunikasi mengelompokkan film dalam beberapa katagori tertentu. Sebuah film dapat saja dimasukan dalam beberapa katagori terntentu. Namun pada dasarnya film dikatagorikan ke dalam dua bentuk. Yang pertama, adalah film cerita atau fiksi, yang dimaksud film fiksi adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dibuat atau dikarang oleh seseorang dan dimaikan oleh aktor atau aktris. Contoh dari film fiksi adalah, film komedi, film horor, film action, film adventure, film drama atau romance sementara yang kedua adalah film nonfiksi. Film nonfiksi biasanya menceritakan sebuah kenyataan,contoh dari film non fiksi adalah film dokumenter, film sejarah, film biography.

Pengaruh film dalam kehidupan sangatlah besar, hal itu dikarenakan film sangat mudah mempengaruhi jiwa, pemikiran, gaya hidup, hingga perkataan , dengan cara memainkan emosi seseorang yang menontonnya. Film berperan sangat besar dalam merubah pemikiran seseorang dan tingkah lakunya karena film merupakan sistem pembelajaran bagi manusia untuk memiliki nilai positif atau negatif, bermoral atau amoral. Film biopic biography merupakan film yang selalu memiliki nilai moral tentang keberhasilan seseorang dalam perjalanan hidupnya.

"Film secara tidak sdar sering membuat relasi-realasi tertentu yang bias gander, seperti menempatakn perempuan pada posisi lemah. Perempuan lebih banyak memerankan receptionis, sekretaris, gadis yang disokong dan perempuan yang ditidas dengan memerankan peran sebagai objek seksualitas laki-laki atau korban pelecehan. Saudara-saudara sering sekali menggambarkan perempuan sebagai manusia "cengeng" dan rendah diri" (Gamble, 2010 :117)

Film juga terkadang memasukan ideologi sebagai salah satu pemahaman dalam cerita tersebut. Untuk bisa menemukan praktik dan proses ideologis yang disampaikan melalui media, maka memahami representasi merupakan kerja awal yang harus dilakukan seseorang. Representasi tidak hanya sebatas mendeskripsikan bagaimana seseorang atau kelas sosial tertentu diceritakan melalu media-media yang ada baik itu, media tulis ,cetak , audio, foto bahkan audio visual. Reprsentasi merupakan sebuah penciptaan wacana ideologi yang dilakukan oleh para insan media dalam meproduksi makna yang berkaitan dengan realitas sosial tertentu.

Pada bulan September 2020 Netflix merilis sebuah Film Kartini dengan pemeran utama wanitanya adalah Millie Bobby Brown. Film Enola Holmes merupakan film Fiksi dari series Enola Holmes Mysteries yang ditulis oleh Nancy Springer karyanya mengadaptasi cerita karakter Sherlock Holmes karya Sir Artuhur Conan Doyle   film ini menceritakan seorang Detektif Perempuan yang ditinggalkan oleh ibunya dan berusaha menemukan ibunya. Enola yang memiliki bakat dan kecerdasan yang tidak biasa berutnutng ia memiliki ibu yang eksentrik. Digambarkan bagaimana ibunya mendidik Enola dengan keras diberbagai aspek mulai dari pengetahuan, berpikir kritis, analistis, ketahanan fisik sampai bela diri. Lewat film ini kita diberikan gambaran bagaimana awal mula terbentuknya Gerakan feminis di inggris awal Tahun 80an.

Feminisme selalu menjadi sebuah pikiran yang menarik untuk dibahas, Feminisme dalam beberapa negara memang sudah sangat berkembang, sekarang kita bisa melihat bagaimana perempuan bisa menjadi Presiden, Gubernur, Bupati dan tentu saja perempuan bisa menjadi pemimpin perusahaan, namun budaya patrarki ternyata masih tetap saja ada dalam diri masyarakat. Alasan peneliti mengangkat ideologi feminisme meskipun beberapa sudah mengetahui bahwa Kartini adalah seorang feminis di karenakan feminisme yang Kartini bawa telah membawa perjuangan perempuan dalam fase yang baru, tidak hanya sekedar menuntut pengakuan tapi juga mengklaim keberadaannya dalam kehidupan bangsa. sehingga peneliti tertarik untuk membahas lebih dalam feminisme yang dikembangkan oleh film Enola Holmes melalui sebuah film dan dianalis menggunakan analisis semiotika John Fiske Maka dari itu, peneliti memilih Film Enola Holmes sebagai pemikiran Feminis yang akan di analisis menggunakan Analisis Semiotika John Fiske maka penulis memberi judul Feminisme dalam Film Enola Holmes 2020 ( Analisis Semiotika John Fiske).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Feminis direpresentasikan dalma film Elona Holmes?.

  • METODE PENELITIAN

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong  (2007:6)  yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan paradigma dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma kritis, dimana paradigma kritis dianggap mampu mengkritisi ketimpangan sosial. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori semiotika John Fiske. John Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode televisi. Menurut Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi daling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini, sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun juga diolah melalui pnginderaansesuai refrensi yang telah domiliki oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah kode akan diapresiasi secara berbeda oleh orang yang berbeda juga. Pada perkembangannya model dari John Fiske tidak hanya digunakan dalam menganalisis acara televisi, tetapi juga digunakan untuk menganalisis teks lain seperti film,iklan dan lain lain" (Nawiroh Vera, 2014:35).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline