Lihat ke Halaman Asli

Sonia Arum

Penulia dari Kalimantan Timur

Kabut Cinta Ratih 1: Dua Garis Merah

Diperbarui: 21 Oktober 2019   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

#Kabut_cinta_Ratih

Ratih menatap dua garis merah, yang tergambar jelas di sebuah benda pipih terbuat dari kertas dan ada batas urinnya. Tangan gemetar, kakinya serasa sudah tidak lagi menapak di bumi. Ini bukan kehamilan pertamanya, yang jadi masalah adalah ...  Ratih seorang janda beranak satu.

Ratih meraih ponselnya, sebuah nama dari kontaknya segera ia panggil. Tak berapa lama kemudian, tanpa menunggu suara terdengar dari seberang ....

"Mas ...  aku mau bicara penting, sekarang!!"

"...."

Suara di seberang tidak membantah, Ratih tahu pemilik suara di seberang sedang cuti. Jadi pasti segera menemui dirinya, Ratih segera menstarter motor sportnya, menyusuri jalan desa yang berbatu. Menuju ke tempat yang selalu mereka tuju, jika rindu.

Tak sampai tiga puluh menit, suara motor lain mendekati gubug tua tempat Ratih menunggu. Sosok yang ia kenal dan mengisi hari-harinya, selama enam bulan terakhir, menghampirinya.

"Ada apa, Sayang? Kok tumben, ngajak ketemu tiba-tiba. Untung Silvia gak di rumah, jadi bisa langsung ke sini."

Pria itu duduk di sebelah Ratih, meraih tangannya. Haris namanya, hidung bangir, kulitnya cokelat. Yang paling menggoda Ratih adalah senyumannya, yang selalu membuat tidur Ratih tak nyenyak.

"Aku ...  aku hamil, Mas?" Ratih nampak ragu.

Haris terdiam menatap manik mata Ratih, tak lama ia palingkan wajah ke arah lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline