Lihat ke Halaman Asli

Budaya Mengumpat, adakah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti biasa, ada beberapa jenis transportasi yang saya naiki untuk sampai kekampus. Hari ini yang memberi kesan bagi saya adalah naik ojek.

Sejak awal, sebenarnya saya sudah memperhatikan kondisi calon ojek yang akan mengantar saya. Seorang bapak-bapak dengan baju bergulung dan muka agak seram. Tapi berhubung saya sudah terlambat maka saya putuskan untuk mengikuti "dont judge book from the cover".

Diperjalanan, saya agak menyesal percaya dengan pepatah itu. Ternyata apa yang tampak diluar tidak berbeda dengan yang didalam. Sang bapak terus mengumpat ketika sedikit saja jalannya terhenti, atau ada yang menerobos disampingnya. Padahal dia juga melakukan hal yang sama, yang membuat saya terus menggenggam pegangan motor dengan sekuat-kuatnya.

Awalnya saya sangat terkejut, bisa-bisanya kata-kata kotor keluar dengan mudahnya dari mulut seorang bapak-bapak. Saya jadi berpikir, apakah ini memang biasa dia lakukan? Lalu, bagaimana dengan anak-anaknya? Saya teringat kembali dengan pepatah "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Kalau memang ini terjadi maka akan timbul generasi-generasi yang demikian terus dan terus.

Kelamaan berpikir, tidak membuat saya lupa bahwa saya sedang cemas. Karenanya saya berdoa agar diberi keselamatan. Akhirnya perjalanan berakhir dan saya sampai dengan selamat. Ketika saya membayar dan mengucapkan terimakasih, sang ojek pun tersenyum. Sama seperti ketika dia menawari saya ojek diawal. Sikap ini sama sekali tidak mencerminkan sosok kasar atau pemarah. Sama halnya dengan beberapa orang yang saya kenal ramah, baik dan sopan, namun melakukan hal serupa ketika sedang marah.

Timbul pertanyaan, apakah hal umpat-mengumpat sudah menjadi budaya atau memang menjadi kebiasaan yang wajar dan bukan masalah?. Atau hanya saya yang terlalu berlebihan karena menganggap itu hal yang tidak pantas?. Untungnya ada kata-kata bijak yang menguatkan, " Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline