Lihat ke Halaman Asli

Omnibus law Ciptaker: Reshaping Indonesia

Diperbarui: 11 Oktober 2020   01:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Omnibus Law Ciptaker ini kata yang rumit bagi otak gw, mungkin juga bagi sebagain banyak orang. Membingungkan, karena ada 2 kubu saling bentrok untuk menyuarakan "surga", tapi ada kubu lain yang menyuarakan bahwa ini "neraka". Sudah sering gw melihat orang membahas ini, tapi gw baru sempet mau untuk tahu, apa sebetulnya? apa yang akan terjadi?

Secara kasat, dari apa yang gw baca, aturan ini akan mendampak banyak sektor, itu menurut penyuara "neraka". Tapi ini si garis besar yang gw lihat, Reshaping Indonesia untuk jadi Labor Cheap Country (LCC), sodaranya LCGC; yang ketimbang ramah lingkungan, ini si akronim dari negara buruh ramah investor.

Memangnya belum? gw rasa belum. "Labor" itu terdengar harus "marjinal" di otak gw; dan di Indonesia, aturan perburuhan sebelum UU ini disahkan masih sangat humanis dibandingkan dengan kata labor itu sendiri. Oh iya, buruh itu bukan hanya kelompok orang yang demo setiap tanggal 1 Mei, karena menurut analisis asal gw, pekerjaan di Indonesia cuma ada 3 jenis, Pengusaha, PNS dan sisanya buruh.

Mungkin Visi pemerintah soal ini menyongsong 10-20 tahun kedepan, jangka panjang, karena salah satu kunci utama di UU ini adalah Investasi, yg berkaitan dengan "waktu" sendiri. Untuk menjadi LCC, butuh sumber daya manusia yang banyak, yang tercermin pada kependudukan negara ini.

Gw ngg punya data pasti, tapi dilihat dari pendekatan kampanye yang akhirnya memenangkan Jokowi di awal pemerintahan, pengangkatan menyoal "generasi milenial", penggunaan term edgy kekinian oleh PR pemerintah; mengisyaratkan, milenial adalah mayor.

Meskipun ada isu lain menyoal perang dagang antara 2 negara ekonomi terbesar dunia, Amerika dan China sejak 3 tahun terakhir ini, yang entah sampai kapan dan sampai mana. Perusahaan dari berbagai negara yang tergantung oleh "sumber daya" asal china yang dikenal murah, mulai perlahan mencari alternatif.

Generasi milenial yang banyak ini, ada dalam masa "produktif"--need money, made baby--yang buahnya bisa dipetik 10-20 tahun kedepan. Generasi milenial dan UU ini, menjadi inisiator (biar terkesan fancy), pondasi awal untuk menjadi Labour Cheap Country.

ditulis ngayal minim data,

sonaji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline