Lihat ke Halaman Asli

Sona Adiansyah

Karyawan Swasta

Tanamkan Hati Kebajikan Fikiran Menopang Perubahan

Diperbarui: 24 Juli 2022   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Memanusiakan-manusia diantara makhluk yang ada di sekitar kita telah menjadi tugas bersama sebagai makhluk sosial. Memiliki naluri corak pandang rasional, tahu benar dan salah. Singkatnya, berbagi ide demi membangun solidaritas dalam bingkai kebersamaan merupakan siklus kita manusia sebagai agen pelopor dalam kehidupan.

Perubahan itu pasti, kebajikan harga mati laksana ibarat matahari mengitari bumi. Berawal, terbit sang fajar, pagi, siang, sore, petang dan malam begitu seterusnya. Intinya, jangan pernah mengesampingkan prinsip tanamkan hati kebajikan fikiran menopang perubahan. 

Alasannya, kapal diwaktu saat bersandar di dermaga akan terlihat baik-baik saja. Padahal, dibalik itu semua sebelum kapal tersebut bisa bersandar ke sebuah dermaga? 

Ada berbagai peristiwa terjadi. Misalnya, menerjang ombak, membelah lautan dan terkadang bertemu badai ditengah samudera. Konkritnya, begitu juga dengan manusia ? Manusia dirancang untuk menghadapi tantangan demi tantangan dan ujian demi ujian dalam kehidupan. Bukan diam, pasif dan lebih khusus stagnant.

Sebagaimana, termaktub dalam Q.S Al-Baqarah Ayat 177; “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."

Dok Pribadi

Era zaman yang penuh ketidakpastian. Terkadang, istilahnya; A, B, C, D seterusnya Z kembali lagi ke titik awal A, B, C, D dan seterusnya. Intinya, jangan heran dan kaget itulah kehidupan dimana perubahan senantiasa terjadi. 

Berkat, perkembangan ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Tapi, percayalah tidak seorangpun manusia dimuka bumi mampu berada di ambang batas Sang Khalik. Maka, dari itu hendaknya rendah hati ke siapapun dalam tanamkan hati kebajikan fikiran menopang perubahan.

Sebagaimana, tercantum dalam Q.S Al-Baqarah Ayat 255; “Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’atnya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha tinggi, Maha besar.”

Perintah rendah hati termaktub dalam Q.S Al-Furqan Ayat 63; “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan dibumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline