Lihat ke Halaman Asli

Miftakhul Huda

UIN Walisongo Semarang

Nyadran, Masyarakat, Konvensi Adat dengan Islam

Diperbarui: 2 Mei 2020   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nyadran adalah nama lain dari sedekah bumi, yaitu kegiatan mengungkapkan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa atas segala rejeki yang telah dilimpahkan, setiap daerah memiliki caranya masing masing untuk mengungkapkan rasa syukurnya. Ini adalah tradisi turun temurun dari jaman dahulu hingga sekarang masih rutin dilakukan oleh masyarakat diberbagai tempat. 

Nyadran sangat erat kaitannya dengan tradisi yang ada di masyarakat, tradisi yang turun temurun dari jaman hindu budha masih dilestarikan sampai era mas islam dengan sedikit penyesuaian seperti tata cara pelaksanaan kegiatan dan tujuannya. 

Di masa lalu, Nyadran adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada dewa yang disembah masyarakat kala itu. 

Namun seiring berjalannya waktu, ketika indonesia mulai didominasi oleh Islam, maka tradisi Nyadran pun berubah tujuan yaitu menjadi rasa syukur kepada Allah atas segala rejekinya, namun sebenarnya secara utuh nyadran masi dalam benang merah yang sama.

Islam mengajarkan kepada umatnya agar selalu bersyukur kepada Allah, setiap masyarakat atau golongan memiliki caranya tersendiri dalam mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah SWT, dengan cara Nyadran selain bertuuan untuk mengungkapkan rasa syukur namun juga memiliki makna lain yaitu menjalin silaturahmi antar masyarakat dan menumbuhkan rasa senang dan bahagia. 

Masyarakat sangat antusias dan selalu menunggu momen sedekah bumi yang biasanya dilaksanakan pada bulan ke lima yaitu bulan Mei, ketika hasil panen melimpah maka masyarakat akan mendapatkan banyak rejeki, umumnya masyarakat yang masih melakukan adat Nyadran adalah masyarakat desa di pedesaan yang mayoritas pekerjaannya adalah petani dan berkebun, adat Nyadran ini akan sangat susah ditemui di area perkotaan bahkan mungkin tidak ada karena berbeda pendangan antara masyarakat desa dengan masyarakat kota.

Sedekah bumi (Nyadran) sebagai konvensi tradisi Jawa dan Islam

Konvensi antara tradisi Jawa yaitu sedekah bumi (Nyadran) dengan Islam merupakan wujud dari sebuah konvensi sosial umat berdasarkan adanya pengalaman-pengalaman dalam siklus kehidupan sosial yang telah terjadi (Robert, 1992:38). 

Dalam hal tersebut tidak dapat dipungkiri apabila terjadi penyesuaian antara tradisi lama yang merupakan peninggalan masyarakat di masa lampau dengan suatu hal yang baru, seperti norma-norma agama yang masuk dan diyakini serta dianut masyarakat setelah tradisi lama ada.

Tokoh masyarakat Kayugeritan, Pekalongan merupakan panutan masyarakat dalam mengadakan rancangan kegiatan sosial, baik kegiatan yang berkenaan dengan upaca adat, kegiatan perkumpulan masyarakan dan lain sebagainya. 

Namun, dalam sebuah perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh para tokoh menyesuaikan dengan apa yang menjadi kehendak masyarakat setempat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline