"Jadi cewek itu yah. Jangan yang Gatel eh bukan gatel. tapi yang pasti, jangan kek lautan diam diam malah Ngulung!" Ujar ibu berbadan tambun dengan gerakan lugas. Jemarinya dipenuhi emas jika dirinya berjalan khalayak toko emas berjalan.
"Yah gimana ya Buk! Cantik si orang nya, Yah gituh deh kelakuan!" Timpal ibu satunya.
"Ibu- ibu. Jangan pada Ngerumpi udah sore loh. Ntar suaminya pulang gak ada makan berlain hati loh ke Warung Mbak Cantik!" Sela ibu di samping nya.
"Kamu loh Jeng Tinah, Kalok ngomong di jaga. Suami mu yang kecantol apa gak guling-guling kamu!" Ujar Bu Terjuni yang tak terima omongan nya di bantah, jemarinya sibuk membenarkan letak cincin batu mulia nya.
"Ih Bu Terjuni, suami saya kan setia. Mending Bu Terjuni siap siap Gih masak" sindirnya kesal namun berusaha tersenyum.
"Oh nah gini! Ciri-ciri Isteri Gak tahu tabiat Persuamian, dipikir suami Jeng Tina itu setia apa? Halah! Malem malem mampir ke warung mbak Cantik emang lagi ngapain Ya Ibu-ibu, kalo enggak pingin lihat yang seg_____" ucapan Bu Terjuni terhenti begitu Bu Tinah menimpali nya.
"Kalok ngomong itu yah di Jaga Bu Terjuni, fitnah tahu gak!" Jelas Bu Tinah.
"Loh kamu itu Loh Jeng, saya itu lihat dari mata saya sendiri Jeng kalo pak Darmono setiap Malem ke Warung Mbak Cantik! Dikira istrinya Gak masak kali setiap hari kesana Mulu! Satu lagi, Informasi saya Bukan kaleng-kaleng. Segala hal itu harus disaring dulu, ingat kata pak Kominfo. Saring dulu baru Telen. Jangan langsung Telen, Ntar Seret gak baik!" ujarnya dengan nada santai namun dengan tatapan tajam.
"Udahlah Bu bubar Aja yuk, Udah gak asik! kita lanjut aja Di WhatsApp aja!" Bu Terjuni mengakhiri sesi perdebatan. Hingga tersisa Bu Tinah yang diam melihat para tetangga nya pergi ke rumah masing-masing. Nyatanya Bu Terjuni ahli dalam perprovokatoran, nyaris saja dirinya ikut dan hanyut omongannya.
Pagi hari desas desus Warung Mbak Cantik kian tercium publik Komplek Hareudang, Bu Terjuni yang kala itu melintas berhenti sejenak di depan Mang sayur. Kedatangan nya Nampak membuat kondisi sekitar lebih kondusif, tidak seperti sebelum kedatangan nya.
Terlihat Bu Tinah memilih sayur mayur di hadapannya, sesekali berceloteh riang dengan tetangga sebelahnya. melihat gelagat aneh sang tetangga yang tidak seperti Biasanya. Bu Terjuni mendekat bibirnya sudah gatal ingin berceloteh mengenai informasi yang up to date. Belum sempat dirinya bertanya, mang sayur sudah lebih dahulu menyapanya. Hingga mau tak mau dirinya harus menahan ucapannya sejenak.