Lihat ke Halaman Asli

70 Persen Perokok Orang Miskin

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_107541" align="alignleft" width="206" caption="Bahaya Rokok (Gbr:Google)"][/caption]

Dalam siaran Mata Nazwa Rabu Malam (31/3/10) di Metro TV yang saya tonton yang bertemakan “Risalah Negeri Tembakau” yang menghadirkan narasumber Fuad Baraja yang merupakan aktivis rokok mengatakan bahwa 70 persen yang menghisap rokok/perokok berasal dari kalangan orang miskin.

Pernyataan ini langsung membuat saya kaget dan terdiam, seolah-oleh tidak percaya bahwa tenyata 70 persen para perokok selama ini adalah orang miskin. Para perokok berasal dari usia tua, muda, maupun anak-anak sudah menjadi persoalan dari dulu.

Hal ini sangat ironis, karena kita ketahui bahwa harga sebungkus rokok cukup lumayan mahal, dan juga sangat membahayakan bagi kesehatan, baik yang merokok aktif maupun merokok pasif, akan dapat berdampak pada pernafasan (paru-paru), jantung, stroke, dan juga bisa berdampak pada masalah psikologis seperti depresi, stress dan lain-lain.

Jika para perokok menyadari akan dampaknya, lebih baik uang yang dipergunakan untuk membeli rokok dapat dipergunakan kearah kebutuhan yang lebih baik dan bermamfaat, daripada harus membelinya dengan uang yang cukup mahal dan juga harus menanggung dampak kesehatan bagi tubuh.

[caption id="attachment_107547" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi Rokok (Gbr:Google)"][/caption]

Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat.Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda dan anak-anak, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.

Profesi kesehatan, terutama para dokter juga berperan sangat penting dalam penyuluhan dan menjadi contoh bagi masyarakat. Kebiasaan merokok pada dokter harus segera dihentikan.

Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja; pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok; memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok dengan lebih menakutkan lagi bagi para pengguna rokok.

Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur. Dengan rakyat yang sehat maka Indoensia akan maju dan sejahtera.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline