Lihat ke Halaman Asli

Dibalik Cerita Seorang Sahabat

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_92669" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi Dua Orang Sahabat"][/caption]

Saya mempunyai seorang sahabat semasa kuliah dan kami bertemu untuk melepaskan rindu. Sudah 7 tahun yang lalu kami tidak pernah bertemu dimulai saat kami selesai dinotbatkan menjadi seorang sarjana di salah satu perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara.

Kini dia telah menikah dan memiliki 2 orang anak laki -laki. Maklum sahabat saya waktu disemester kedua telah menikah. Dalam pertemuan, banyak yang kami ceritakan, mulai dari cerita sewaktu menjadi mahasiswa hingga cerita tentang pernikahan.

Pada pertemuan itu juga, kami berbagi cerita tentang sifat -sifat anak kami.Sahabat saya menceritakan tentang keduasifat anaknya, bahwa kedua anaknya mempunyai sifat yang berbeda.

Anak pertama sahabat saya berusia 13 tahun dan dia sangat patuh kepada kedua orangtuanya. Maklum dia anak sulung sudah seharusnya memberikan contoh yang baik pada adiknya. Belajar sendiri, buat PR sendiri, selesai sekolah langsung pulang kerumah, rajin membantu ibunya, menjaga adik bahkan dia juga menyapu dan mencuci piring dirumah .

Dia juga sering meraih beberapa prestasi baik disekolah maupun melalui event yang menampilkan perlombaan.Dia juga sangat mandiri dan tidak mau menyusahkan kedua orangtuanya. Sahabat saya bilang dia sangat beruntung punya anak yang baik seperti anak pertamanya karena dia tidak perlu lagi harus bersusah payah mengurusinya.

Kemudian, anak yang kedua sahabat saya berusia 10 tahun dan mempunyai sifat yang berbeda dari abangnya. Dia sangat malas belajar, tidak mau mengerjakan tugas-tugas sekolah, suka berantam sesama temannya, pergi kesekolah juga harus dipaksa, sering melawan orangtuanya dan masih banyak lagi sifat-sifat buruknya.

Atas sifat dan perilaku anak keduanya, sahabat saya menjadi lebih fokus senantiasa melayani , membimbing, mendampingi, memberikan kasih sayang, perhatian, menemani mengerjakan tugas-tugas sekolah, mengantarkan pergi kesekolah, membujuknya saatsedang merajuk dan lain-lain.

Tindakan sahabat saya ini hanyalah untuk membuatsifat anak keduanya dapat berubah dan bisa seperti sifat dan perilaku abangnya. Hari demi hari sahabat saya selalu sabar dan ikhlas dalam melakukan dan memberikan kasih sayang serta perhatianya tanpa mengenal lelah sedikit pun.

Dalam keikhlasan, kesabaran dan sikapnya yang pantang menyerah menjadi modal utama baginya untuk merubah sikap anaknya. Perasaannya pun menjadi sangat senang dan bahagia ketika dia berhasil merubah perilaku anak keduanya menjadi baik.

Namun seketika waktu perubahan perilaku terjadi pada anak pertamanya. Anak pertamanya mulai malas belajar, selesai sekolah sering telat pulang kerumah, tugas –tugas sekolah sering tidak lagi pernah dikerjakan, bangun pagi sering kesiangan dan beberapa perilaku buruknya lagi. Sahabat saya menjadi heran dan terkejut dengan sikap anak pertamanya itu, karena perilakunya lebih buruk lagi dibanding dengan perilaku adiknya terdahulu.

Sahabat saya berusaha untuk menemukan masalah tentang perubahan sikap yang dialami anak pertamanya. Keikhlasan, kesabaran dan sikap pantang menyerah juga menjadi modal utamanya dalam merubah perilaku anaknya.

Disaat menjelang tidur malam, sahabat saya menghampiri anaknya yang pada saat itu sedang mau tidur di dalam kamarnya. Kemudian sahabat saya menanyakan perubahan sikap pada anaknya. Pada saat itulah anaknya dengan jujur mengatakan bahwa dia melakukannya karena dia juga menginginkan kasih sayang dan perhatian ayah dan ibunya seperti yang pernah dilakukan kepada adiknya.

Dibalik cerita singkat ini, ada makna yang dapat saya petik atas peran sahabat saya sebagai orangtua dalam memperlakukan dan mendidik anak-anaknya. Adapun makna dari beberapa cerita tersebut :

  • Sebagai orangtua harus memahami tentang psikologis anak kita masing-masing, misalnya perasaan, emosional, pikiran, minat, bakat, kebutuhan, motivasi dan kemampuannya. Dengan memahami psikologis ini, maka kita akan mampu memberikan asuhan dan didikan yang baik bagi anak kita.
  • Sebagai orangtua harus mempunyai sifat keikhlasan, kesabaran dan sifat pantang menyerah dalam  memberikan asuhan dan didikan pada anak. Sebab sifat dan perilaku anak gampang berubah dalam situasi tertentu.
  • Sebagai orangtua juga harus bisa menjadi teman dari anak dalam menyelesaikan masalahnya dan bukan sebagai orangtua yang menyalahkan dan menghakimi anaknya. Perilaku dan sifat anak dapat dimodifikasi dengan membutuhkan keikhlasan, kesabaran serta sikap yang pantang menyerah.
  • Sebagai orangtua jangan memaksakan pada anak untuk mengatakan tentang masalahnya kepada kita disaat anak sedang baru mengalaminya. Dan usahakan agar anak dengan sendirinya mau mengatakan tentang masalahnya dengan sejujurnya. Walaupun membutuhkan waktu yang relative lama.
  • Sebagai orang tua dalam memberikan kasih sayang, perhatian dan penghargaan harus seimbang dan adil diterima oleh anak. Karena kasih sayang, perhatian dan penghargaan tersebut merupakan pondasi anak dalam melanjutkan proses tumbuh kembangnya.
  • Anak yang telah mempunyai sifat dan perilaku yang baik jangan dibiarkan dengan sendirinya, senantiasa berikan motivasi, perhatian dan penghargaan agar anak dapat mempertahankan sifat dan perilakunya dengan baik.

Terimakasih sahabat atas pembelajaran yang engkau berikan, semoga semua orangtua senantiasa ikhlas, sabar dan pantang menyerah dalam memberikan asuhan dan didikan bagi anak-anaknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline