Lihat ke Halaman Asli

Algoritma Mematangkan Pendukung yang

Diperbarui: 11 Maret 2024   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jelang pemilu tahun 2024, terlihat banyak sikap masyarakat yang berbeda selaras dengan suhu yang di suguhkan oleh sistem pemilu saat ini (Masa Kampanye). Terlihat dari pendukung yang menggunakan sifat arogansi, agitatif, lembut dan bahkan tidak ayal menggunakan pola kekerasan dan intimidasi.

Suhu politik yang ada saat ini melahirkan banyak fenomena baru di era digitalisasi media sosiali. Bukan hanya menggunakan spanduk di pinggir jalan, mengumpulkan masa di banyak tempat, namun juga kini banyak yang menggunakan media sosial dengan dikuatkan sistem algoritma juga menjadi media kampanye para calon dan tim dari tiga calon pemimpin bangsa ini.

Media sosial hari ini bukan hanya di gunakan oleh anak muda umur 10 - hingga 40 tahun, melainkan golongan tua juga menggali informasi menggunakan media sosial. seperti halnya tiktok dan snackVidio.

seperti halnya seorang warga dengan kebiasaan menjahit, menjadi jubir partisipan paslon nomor urut satu. ia paham betul tentang perkembangan pasangan Amin dari hari ke hari. hingga pada akhirnya menjadi orang yang dominan menyampaikan keunggulan paslon no urut 1 kepada teman sebayanya.

Ini bukan orang yang sengaja di perintah untuk mengkampanyekan oleh orang tertentu, namun karena algoritma media sosial yang digunakannya di menangkan oleh konten Anis. Sehingga hal ini menjadi penguat bagi dirinya untuk memilih Anis, bahkan bukan hanya sebagai pemilih namun juga sebgai jubir pastisipan di daerahnya.

Fungsi Algoritma dan dampaknya

Algoritma adalah serangkaian aturan matematika yang menentukan cara pengguna melihat konten di akun media sosial mereka. Algoritma ini menyortir postingan pada umpan pengguna berdasarkan relevansi konten, bukan waktu publikasinya. Algoritma media sosial merekam kegiatan pengguna di dunia digital, mencatat apa yang dicari, diminati, dan konten yang sesuai dengan latar belakang pengguna.

Hal ini tentu menentukan elektabilitas dari pasangan Amin. Dengan narasi perubahan tentu tidak sedikit masyarakat yang sepakat dengan hal itu, terlepas karena bentuk kekecewaan dengan sistem pemerintahan saat ini, atau karena punya prinsif ingin bangsa ini lebih baik dari sebelumnya.

Namun, tentu ada dampak negatif dari algoritma yang ada di media sosial ini diantaranya seperti yang dilansir dari voaindonesia.com bahwa dampak negatif algoritma adalah mampu mempengaruhi opini dan minat pengguna media sosial karena lewat machine learning atau mesin pembelajaran, mereka hanya berhadapan dengan unggahan yang sesuai dengan like atau rasa suka pengguna, dan memperkuat kecenderungan sebuah opini tanpa dibarengi dengan informasi yang berimbang.

Tentu ini menjadi pendukung seseorang memperkuat militansi calon pemilih termasuk penjahit ini. Namun ancamanya akan terlintas konten yang mengandung hoax, isue sara, provokasi yang tidak bertanggung jawab dan ini lumayan sulit di cegah karena karakter orang tua dengan prinsif apa yang didapat dengan dasar konten berbentuk vidio itu hal yang benar.

Komunitas Kolot Lumayan Berbahaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline