Revolusi Industri 4.0 adalah perubahan tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini adalah salah satu istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kemajuan teknologi yang sedang berlangsung di era digital saat ini, termasuk penggunaan Internet of Things (IoT), big data, kecerdasan buatan, robotik, dan teknologi terkait lainnya.
Revolusi Industri 4.0 memiliki karakteristik pudarnya batas antara ranah fisik, digital dan biologis, serta memungkinkan interkoneksi dan interoperabilitas sistem otomatisasi dalam industri.
Bonus demografi dan Revolusi Industri 4.0 memiliki hubungan yang erat. Bonus demografi mengacu pada kondisi dimana sebagian besar penduduk suatu negara berada pada rentang usia produktif atau dengan kata lain, jumlah populasi di usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan dengan usia non-produktif. Di Indonesia, bonus demografi sedang terjadi dan diperkirakan akan berlangsung dari tahun 2020 sampai dengan 2030.
Revolusi Industri 4.0 sendiri menjadikan teknologi sebagai salah satu faktor kunci dalam memperbarui dan memodernisasi industri global yang tengah berlangsung. Revolusi ini menghadirkan teknologi yang bertujuan untuk mengotomatisasi produk, layanan, dan manufaktur, namun juga menyuguhkan tantangan dalam mengembangkan keterampilan bagi pekerja (SDM) untuk bisa mengoperasikan teknologi terbaru. Sehingga manfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan SDM agar bisa memanfaatkan teknologi berkualitas menjadi kunci penting bagi Indonesia menuju industri 4.0.
Dalam menghadapi kebijakan revolusi industri 4.0, maka tantangan bagi Indonesia adalah memperbarui skill dan pengetahuan untuk mengikuti perkembangan global. Untuk itu, perlu adanya investasi dalam sektor pendidikan dan teknologi untuk menghasilkan tenaga kerja yang mampu mengoperasikan teknologi terbaru dan siap bersaing di ranah global.
Revolusi Industri 4.0 memiliki potensi menghadirkan ancaman dan juga solusi bagi negara yang menghadapinya.
Ancaman yang mungkin terjadi antara lain, seperti perubahan besar pada metode produksi yang bisa membuat pekerjaan 'tradisional' menjadi berkurang atau bahkan menghilang.
Hal ini disebabkan karena persyaratan skill dan SDM yang berbeda untuk bisa bekerja dengan memanfaatkan teknologi yang lebih canggih. Selain itu, tantangan keamanan siber juga cukup tinggi karena semakin banyak data dan sistem yang dipertaruhkan pada perangkat digital.
Namun demikian, ada juga banyak solusi yang bisa dihadirkan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Salah satunya adalah investasi di masa sekarang pada pendidikan dan pelatihan skill yang berkaitan dengan teknologi. Pendidikan yang tepat dapat mempersiapkan tenaga kerja untuk menghadapi perkembangan industri 4.0 dan memenuhi kebutuhan perusahaan yang beralih ke mode produksi otomatis.
Pengembangan crowdsourcing atau kolaborasi multipihak juga menjadi alternatif untuk menghadapi potensi pengangguran akibat otomatisasi. Orang-orang dapat menggunakan skill yang lebih spesifik untuk berpartisipasi dalam proyek yang lebih besar melalui internet dan bekerja sama secara kolaboratif agar tetap terus produktif dan terlibat dalam ekonomi berbasis teknologi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan dengan matang dalam menjalankan implementasi Revolusi Industri 4.0 sehingga tetap bisa mendapatkan manfaat dan peluang dari perkembangan teknologi tersebut.