kolong meja semakin tua bermahkota debu
ceramah-ceramah bersliweran di genggaman
hafal dari permulaan sampai pengakhiran
bangku pincang patah kaki satu persatu
tetiba daun tintir tak mampu sembuhkan luka
seperti dulu, saat nenek terbelah kakinya
kini ada obat merah (palsu)
penurun panas (oplosan)
aku bergerak dalam riuh bergemuruh