Lihat ke Halaman Asli

Bangku Lumpuh Satu Persatu

Diperbarui: 22 Maret 2016   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kolong meja semakin tua bermahkota debu

ceramah-ceramah bersliweran di genggaman

hafal dari permulaan sampai pengakhiran

bangku pincang patah kaki satu persatu

 

tetiba daun tintir tak mampu sembuhkan luka

seperti dulu, saat nenek terbelah kakinya

kini ada obat merah (palsu)

penurun panas (oplosan)

 

aku bergerak dalam riuh bergemuruh

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline