Lihat ke Halaman Asli

Solihin Agyl

Penulis dan Peneliti Bahasa

Ilmu Makna

Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Generasi muda Indonesia---apalagi mereka yang mengenyam "bangku sekolah"---harus mendapatkan ilmu atau pelajaran yang jauh lebih penting dibanding segala pelajaran yang tersedia di "bangku sekolah atau bangku kuliah" manapun. Apa itu? pelajaran tentang FAKTA dan MAKNA agar apapun yang mereka hadapi sepanjang perjalanan kehidupan menjadi amat NYATA nilai dan manfaatnya bagi kehidupan mereka.

Begitulah ilmu makna. Dengan ilmu ini setiap pribadi generasi muda (tentu saja sesuai level kedewasaan masing-asing) akan memahami bahwa setiap FAKTA yang mereka miliki/hadapi pasti mempunyai MAKNA yang mendasar dan bahkan mereka bisa memberi MAKNA agar terasa NYATA nilai dan manfaatnya bagi kehidupan mereka masing-masing. Harapannya, dengan ilmu makna itu, mereka akan selalu mendasarkan segala tindakan mereka pada kesadaran yang jernih, nalar, dan akal sehat yang bisa dipertanggung jawabkan.

Pada hakikatnya, kemampuan untuk mendapatkan ilmu makna erat kaitannya dengan kemampuan bertanya. Misalnya, kita ambil contoh saja sebuah fakta yang setiap orang hadapi dalam kehidupan sehari-hari: MAKAN. Pertanyaannya: mengapa kita butuh makan? Jawabannya bisa berderet-deret, seperti: agar tidak lapar, agar tidak lemas, agar bersemangat, agar hidup, agar sehat.

Dari deretan jawaban di atas, setiap anak itu bisa digiring pada jawaban yang paling mengacu pada nilai manfaat yang tinggi. Kita ambil contoh dulu dengan: "agar tidak lapar" jawaban ini sama sekali tak membedakan antara manusia dan hewan. Binatang membutuhkan makan juga karena agar mereka tak lapar. Pun begitu dengan jawaban: agar tidak lemas, agar hidup.

Satu-satunya jawaban yang memiliki nilai manfaat yang tinggi (bahkan mengacu pada manfaat berikutnya yang lebih tinggi) adalah: "Kita makan agar bisa hidup sehat" sehingga dengan pemberian makna ini, setiap orang akan berpikir bahwa makan tidak hanya sekedar makan tetapi mereka perlu juga memikirkan unsur kesehatan ketika makan. Dengan begitu, mereka akan memikirkan makanan-makanan yang menyehatkan, dan/atau makanan apa yang layak mereka konsumsi agar tak membahayakan tubuhnya.

Pertanyaan berikutnya: Bila kita makan dan menjadi sehat, terus kenapa? Agar kita lebih bersemangat menjalani hidup. Lalu, kalau kita bersemangat menjalani hidup, terus kenapa? Kita akan berpikir secara lebih positif dan bermanfaat bagi kehidupan, sampai akhirnya kita akan menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Guru, pengajar, dan orang tua bisa selalu memancing pertanyaan pada setiap anak tentang FAKTA dan MAKNA agar akhirnya mereka memahami bahwa sebuah makna tertentu amat berkaitan dengan sebuah/sejumlah MANFAAT yang NYATA bagi kehidupan setiap anak itu.

Sekali lagi, kemampuan menemukan dan memberikan makna pada segala hal itu erat kaitannya dengan kemampuan membuat pertanyaan. Awalnya, orang tua atau guru bisa menggiring anak didik mereka dengan fakta tertentu, kemudian pertanyaan-pertanyaan dilontarkan sehubungan dengan fakta tersebut agar setiap anak didik menemukan atau memberikan makna padanya. Setiap pertanyaan terus diupayakan jawabannya muncul dari setiap anak. Pertanyaan-pertanyaan itu, tentu saja, harus memancing munculnya makna dari pikiran setiap anak.

Bagaimana bila anak mengalami kebuntuan untuk menemukan atau memberikan makna-makna itu? Terus giring saja pikiran mereka; biarkan mereka memilih mana yang lebih baik antara pilihan A dan pilihan B. Biarkan mereka menemukan jawabannya pula mengapa A lebih baik dari pada B, begitu juga sebaliknya sehingga mereka betul-betul paham akan makna masing-masing fakta tersebut.

Memang, ilmu MAKNA ini harus terus dilatihkan pada setiap anak didik Indonesia. Semuanya harus berangkat dari fakta-fakta yang mereka temukan sehari-hari. Kemudian, makna-makna itu harus mereka temukan (berasal dari pancingan-pancingan pertanyaan yang kita [guru dan orang tua] sampai akhirnya mereka memahami bahwa makna-makna yang mereka temukan itu menawarkan dampak nyata yang baik bagi kehidupan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline