Lihat ke Halaman Asli

Solihin Agyl

Penulis dan Peneliti Bahasa

Cinta Rasulullah SAW

Diperbarui: 18 September 2024   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari-hari ini umat Islam (khususnya di Indonesia) merayakan hari kelahiran Rasulullah Muhammmad Shollallaahu 'Alaihi Wa Sallam (SAW), yaitu pada tanggal 12 Robiul Awwal tahun Hijriyah. Hari kelahiran Rasullullah SAW persis sama dengan hari kematiannya: Hari Senin, 12 Robiul Awwal.

Kisah berikut adalah cerita sejarah yang saya adaptasi ulang dari berbagai sumber.

+++

Jibril suatu saat menghadap Tuhan untuk sebuah titah penting berupa pesan untuk Izrail---malaikat pencabut nyawa: "Sampaikan pada Izrail untuk mengurungkan tugasnya bila kekasih-Ku tak berkenan hari ini." Firman Tuhan pada malaikat pembawa wahyu itu.

Cinta dan penghormatan Allah SWT pada Rasulullah Muhammad SAW begitu besar. Dan, karena Dia tahu betapa berharganya kekasih-Nya itu bagi umatnya maka kematiannya---yang semestinya dijadwalkan hari itu---diminta-Nya untuk ditunda bila manusia paling mulia itu belum sanggup berpisah dengan keluarga, sahabat, kerabat serta umatnya saat itu juga.

Sementara itu di bumi, seseorang mengucapkan salam dari luar rumah Rasulullah SAW yang sedang berbaring lemah karena sakit di tempat tidurnya. Ia minta ijin masuk, namun Fatimah---puteri semata wayang Rasulullah SAW---tak memberinya ijin karena ayahnya seperti tak sanggup menerima tamu karena diserang demam yang berat.

"Siapa gerangan itu di luar, wahai putriku?" Tanya Rasulullah. "Entahlah, Ayah. Aku juga baru melihat orang itu." Jawab Fatimah. Sejenak Rasulullah terdiam. Ditatapnya setiap detil wajah putrinya itu dengan tatapan penuh kasih sayang yang menggetarkan jiwa. Orang suci ini seperti hendak mengenang wajah putrinya itu.

"Wahai putriku," lanjut Rasulullah, "Ketahuilah bahwa orang yang di luar itu adalah si penghapus kenikmatan fana. Pertemuan dengan dunia dipisahkan olehnya. Dia lah sang Malaikat Maut." Mendengar itu, seketika kesedihan Fatimah bergemuruh di dadanya. Ia tak sanggup membendung deras air matanya karena kedatangan orang asing di luar sana adalah pertanda akhir pertemuannya dengan sang ayah yang amat dicintainya.

Lalu, Izrail menghampiri. Namun, sesuai titah Ilahi, ia belum hendak melaksanakan tugasnya sebelum ada ijin Rasulullah SAW. "Ke mana gerangan Jibril?" Rasulullah malah bertanya, "Kenapa ia tidak ikut serta denganmu?" Tanya Rasulullah lebih lanjut pada Izrail.

Jibril yang sejak tadi berdiam di antara langit dan bumi---hendak menyambut ruh Rasulullah SAW---segera turun dan menyapa manusia suci itu.

"Apa hak-ku di hadapan Allah SWT saat ruh-ku dipanggil-Nya nanti, wahai Jibril?" Tanya Rasulullah dengan suara yang lemah. "Gerbang semua langit terbuka untukmu" Jibril mulai menjawab, "Para malaikat siap menyambut ruh-Mu dan pintu-pintu surga menanti kedatanganmu." lanjutnya. Akan tetapi, jawaban Jibril itu sama sekali tidak membuat wajah Rasulullah sumringah. Raut mukanya tampak semakin lesu. Sorot matanya masih dirundung kecemasan. Ia tidak gembira dengan berita yang dibawa Jibril.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline